Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Peristiwa Malam Jahanam

29 Januari 2021   19:19 Diperbarui: 29 Januari 2021   19:27 313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gerimis belum reda, malam itu. Ketika aku disuruh bapak mengantarkan uang hasil menjual pisang milik wak Juraij. Agak malas karena harus melewati sawah untuk sampai ke rumah wak Juraij. Tapi perintah bapak tak mungkin ditolak. 

Sinar bulan agak temaram. Padahal tanggal 12-an kayaknya. Lumayan juga sih untuk sedikit menunjukkan jalan setapak itu. Aku sudah hafal banget jalan ke rumah Wak Juraij. Karena setiap hari kalau ke sekolah juga lewat jalan tersebut. Jumlah batu yang memungkinkan seseorang bisa tersandung saja aku hafal. 

Setelah sawah ada satu rumah kecil milik Yu Tinah. Dia tinggal sendiri di rumah itu. Suaminya kabarnya pergi meninggalkan dia, ada juga yang bilang suaminya dibunuh bapaknya Yu Tinah karena tak setuju pernikahan dengan anaknya. 

Yu Tinah sebetulnya anak orang kayak di kampung itu, tapi dia lebih senang sendiri di rumah kecil itu. Orang bilang sih karena sudah tak diakui keluarga nya. 

Yu Tinah masih keliatan cantik. Hanya saja, orang sering menganggap Yu Tinah agak gila setelah ditinggal suaminya. 

Pas aku sampai di dekat rumah Yu Tinah itulah, mendadak hujan menjadi begitu besar. Sehingga aku terpaksa mencari teduhan di emper rumah Yu Tinah. 

"Sepi?" tanya seseorang. 

"Hujan hujan begini, paling juga pada selimutan di rumah, " jawab temannya. 

Aku melihat dua bayangan menuju ke arahku. Ali segera menyingkir kesamping rumah. 

Ketika ada kilat, bayangan dua orang itu terlihat jelas. Orang itu menuju ke pintu depan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun