Gremengan para pedagang harus didengarkan juga. Jangan main bikin aturan, bikin SE, atau apalah namanya. Pikirkan sebaik mungkin. Jangan nasib orang seakan dipermainkan oleh ketololan.Â
Pedagang pedagang itu saya yakin sudah pengin berteriak keras keras karena nasibnya seakan dijungkirbalikkan setiap saat. Â Gremengan itu sudah mulai terdengar agak nyaring.Â
Semua. Ya, semua orang pasti pengin korona ini segera enyah dari bumi ini. Dan nyatanya emang kita harus terus berjibaku melawan penyebaran nya yang kian mengkhawatirkan.Â
Bukan. Saya juga yakin bukan maksud pedagang untuk cuek terhadap penyebaran korona yang bikin merinding bulu kuduk setiap orang. Hanya saja, otak yang kita punya juha harus dimaksimalkan penggunaan nya.Â
Dalam artian begini. Peningkatan penderita covid bukan karena jam pedagang yang terlalu lama. Karena pedagang juga sudah mrngukur waktu dagang berdasarkan hitungan bisnis biasa.Â
Persoalan justru protokol kesehatan yang pelaksanaan nya diabaikan. Jam dagang dikurangipun, nyatanya penambahan penderits covid terus meningkat.Â
Dapat disimpulkan bahwa masyarakat kita kurang patih pada Protokol kesehatan. Tidak memakai masker masih sering terlihat. Atau memakai masker tapi dengan cara yang tidak benar. Â
Masih banyak yang tidak mau menjaga jarak atau memang sulit menjaga jarak. Kadang malah di kantor pemerintahan karena sarananya yang kurang.Â
Kesadaran untuk mencuci tangan dengan air yang mengalir atau menggunakan hand sanitizer juga belum sepenuhnya. Â Kadang sarananya yang juga belum ada atau terlalu sederhana.Â
Jika Protokol kesehatan dilakukan dengan baik, biarkan saja para pebisnis itu tetap bekerja seperti biasa. Saya melihat nafas mereka yang semakin pendek saja. Entah sampai kapan dapat bertahan.Â