pagi,Â
sering aku sambut bersama secangkir kopi. Aku tak suka kopi sasetan. Aku suka kopi karena rasa pahitnya. Ketika kopi sudah dikemas dalam sasetan, kopi sudah kehilangan inti rasa kopi itu sendiri.Â
seperti berita yang kadang bikin hati pedih saja. Apalagi berita politik yang kadang sangat menjengkelkan. Dunia seakan diatur semau mau mereka saja.Â
pagi,Â
bukan hanya kopi yang ikut menemaniku setiap pagi. Ada rokok yang kadang tersisa sebatang. Tapi dulu, sekarang tak merokok lagi. Jadi cukup pisang goreng dari warung tetangga yang nikmatnya tak kalah sama semburan asap rokok tanpa takut teror kematian.Â
Seperti berita pagi. Selalu saja disesaki berita kematian akibat korona. Betulkah begitu? Tentu tidak. Mereka sudah tdk peduli korona. Nyatanya mereka menolak vaksinasi.Â
Prilaku mereka saja yang tak sayang pada dirinya. Mereka seakan sengaja menantang kematian. Mereka anggap jalan kematian tak mungkin lari.Â
pagi,Â
Sudah tua jadi harus membaca koran pagi harus dengan bantuan kacamata. Agar huruf huruf itu terlihat sempurna. Salah baca bisa membuat luka.Â
seperti berita pagi. Yang kadang hadir telanjang di depan kita. Sehingga kita suka risih sendiri. Membaca berita seakan menikmati aurat teman.Â