Setahun kemudian. Hujan Januari kamu datang bersama orang tuamu melamarku. Ya, kamu masih bertanya juga.Â
Kamu suka hujan?Â
Kamu bilang kamu ingin menikah ketika masih musim hujan. Karena menurutmu hujan diturunkan untuk para pengantin baru yang ingin berlama-lama dalam kemalasan.Â
Kamu tahu sekarang juga sedang hujan. Aku duduk di kafe tempat kita bertemu dulu. Sendirian. Mengenangmu yang selalu ingin membawakan hujan untukku.
Nanti aku akan bawakan hujan sebagai mas kawin.Â
Tapi hujan juga yang kemudian merenggutmu. Kamu pulang malam saat itu. Dan hujan sudah mulai mengguyur Jakarta. Pandangamu tak begitu jelas kalau malam, apalagi hujan.Â
Tapi kau tetap ingin pulang. Dan itulah jalanmu. Wahai pecinta hujan.Â
Kamu suka hujan?Â
Aku ingin mendengarkan pertanyaan itu saat ini. Tapi engkau tak mungkin datang ke kafe ini untuk membisikkan pertanyaan itu.Â
Semoga di sana juga ada tetes tetes hujan. Agar kamu tak serindu aku jika melihat hujan.Â
Kamu suka hujan?Â