Kopi hitam yang cuma kamu kasih sedikit gula sudah nyaris ludes. Â Rokok juga sudah tiga kali disambung tanpa pernah mati.Â
Laki-laki itu masih duduk diam di kursi yang dia pasang sendiri di bawah pohon mangga di depan rumahnya yang kian rimbun. Belum pernah berbuah seperti....Â
Pandangan laki-laki itu menerobos jauh ke malam kemarin. Ketika kamu pulang terlambat. Dan itu adalah pertama kali kamu pulang terlambat.Â
Tak ada kata kata jawaban salamnya. Laki-laki yang tadi sempat membeli sebungkus sate karena hendak dimakan berdua saat hujan sering hadir bergitu lebat dan tak mungkin keluar mencari lauk.Â
Laki-laki itu duduk di depan televisi yang sedang memberitakan gempa dahsyat di Sulawesi Barat. Tapi siapa pun akan segera merasakan jika laki-laki itu sebenarnya tidak sedang memperhatikan di televisi.Â
"Ada teman mengajak makan karena ia ulang tahun. "
Laki-laki itu tetap mematung. Tak ada gerak kehidupan kecuali nafasnya yang agak beda dari biasanya.Â
Kamu merasakan itu sehingga kamu langsung ke kamar dan mandi. Kamu tak keluar kamar dan membiarkan sate yang sudah dibelinya terkapar begitu saja di meja makan semalaman suntuk.Â
Dan malam itu laki-laki itu tak masuk ke kamar mencandaimu seperti biasanya. Dia tidur di depan televisi. Entah jam berapa.Â