Dan sebetulnya tak ada pemuda yang mau menyerahkan jiwanya kepada Yu Marni jika tidak terpaksa. Bambang waktu itu juga sedang terbelit utang karena suka judi.Â
"Dia menyukaimu? " tanya Wak Katok kepadaku dan langsung bikin aku tersentak.Â
Aku tak bisa menjawab pertanyaan itu.Â
"Aku punya ajian penolaknya kalau kamu mau. "
Wak Katok masuk ke dalam rumahnya agak lama. Dan ketika keluar, dia membawa bungkusan berupa kain putih. Agak sedikit bulukan. Seperti sudah terlalu lama di simpan.Â
Aku tak lagi khawatir untuk menikahi Yu Marni setelah mendapat bekal dari Wak Katok. Â Aku tak ingin menjadi orang kelima yang mati percuma di rumah mewah milik Yu Marni.Â
Aku tersenyum sendiri. Membayangkan dapat warisan yang begitu banyak dari Yu Marni.Â
Sekarang giliranmu, Marni.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H