Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Melihat Amerika, Aku Bangga Jadi Indonesia

8 Januari 2021   07:38 Diperbarui: 8 Januari 2021   07:45 2138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kerusuhan Capitol Hill (Kompascom)

Untung Indonesia tak memiliki Trump. Dan Indonesia tak akan pernah sebodoh Amerika ketika memilih presiden. Masa iya, seorang presiden terus menerus menebar kebohongan sehingga pendukungnya terprovokasi?

Kejadian di Capitol Hill kemarin adalah cermin gelap demokrasi di sebuah negeri yang cerewet dengan demokrasi di negara lain.  Pendukung capres yang merupakan presiden petahana berupaya menggagalkan tahapan demokrasi karena provokasi terus menerus dari capres petahana yang kalah. 

Ya, bukan Amerika saja yang telah capai dengan ulah presiden nya. Banyak negara juga mengeluh dengan prilaku presiden Amerika tersebut yang kurang memiliki komitmen untuk perbaikan kondisi dunia. 

Kejadian di Amerika yang sering dianggap sebagai moyangnya demokrasi, tentu dapat terjadi di belahan bumi mana pun. Di negara negara Eropa sendiri kebangkitan kaum kanan juga memprihatinkan. 

Beberapa kali negeri ini mengadakan pemilu dengan damai. Paling tidak, setelah terjadinya Reformasi 1998. Karena pemilu sebelum Reformasi lebih terasa sebagai dagelan kroni Suharto belaka. 

Tidak pernah ada peristiwa seperti di Amerika tersebut. Bukan berarti lebih dewasa dari Amerika.  Tapi, kemungkinan juga belum ada yang ditiru. Setelah kejadian di Amerika, entahlah, karena sudah ada yang bisa dijadikan rujukan. 

Oleh karena itu, kita tak boleh tinggal diam. Di beberapa grup WA, ada kelompok tertentu dengan afiliasi ke partai politik tertentu yang juga demen banget melakukan provokasi demi provokasi. 

Anehnya, banyak juga pengikut setia partai politik tertentu tersebut yang menerima provokasi tanpa dasar dengan bangga tanpa pikir panjang. Seolah-olah mereka akan menelan apa pun asal dari kelompok nya. 

Kalau sudah seperti itu, berarti bibit ke arah peristiwa Amerika akhir akhir ini kemungkinan bisa juga meledak di negeri ini. Karena mereka bukan orang tanpa pendidikan tapi mereka justru berpendidikan tapi minus kemampuan berpikir kritis. 

Program literasi di sekolah di harapkan mampu menjadi lilin penerang untuk ke arah negeri ini lebih baik. Sehingga, walaupun muncul provokasi dari seorang capres, misalnya, nalar kritis masih berjalan dengan baik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun