Kemudian mereka berdua mendobrak sedikit pintu yang ternyata cuma dikaitkan saja. Di dalam rumah gelap. Seakan sengaja Mbah Tarjo tak menyalakan lampu.Â
Aku ada di sini.Â
Suara Mbah Tarjo mengagetkan dua orang yang sudah masuk duluan. Dalam gelap, yang terlihat hanya sebuah bayangan seseorang sedang duduk di sebuah kursi.Â
Dua orang itu tak berani bergerak. Setelah teman temannya masuk, baru mereka bergerak ke arah bayangan itu.Â
Mereka menyerang bersama sama. Sesuai perjanjian. Sehingga nanti tak ada yang merasa bersalah.Â
Mbah Tarjo yang sepertinya sudah siap dengan segalanya, langsung ambruk dari kursi. Beberapa senjata tajam memang langsung menghujam tubuh yang semakin ringkih itu.Â
Paginya kampung geger.Â
Seorang keluarga jauh hendak lapor polisi, tapi segera dicegah oleh seseorang. Dia diajak berembuk oleh tokoh tokoh kampung.Â
Akhirnya, diputuskan untuk langsung menguburkan jasad Mbah Tarjo. Karena saudara Mbah Tarjo yang hendak lapor polisi diancam tak akan dibantu memakamkan jasad Mbah Tarjo jika tetap lapor.Â
Sebelum malam itu, Mbah Tarjo memanggilku ke rumahnya. Â
"Kamu orang yang layak menuruni ilmu santetku, Kamdi, " kata Mbah Tarjo.Â