Sekejam kejamnya korupsi adalah korupsi bantuan sosial. Walaupun semua orang akan tetap mengutuk perbuatan paling biadab ini, tapi korupsi sering dianggap lumrah dan bahkan ada yang menganggapnya sebagai pelumas pembangunan. Tentu dengan pengecualian yang sangat pada korupsi bantuan sosial.Â
Tak ada korupsi yang tidak membahayakan. Dan tak ada korupsi yang tak berdampak pada nasib masyarakat. Perampok mungkin dapat membunuh satu orang yang dirampoknya. Namun, koruptor membunuh banyak orang. Sehingga wajar jika koruptor dianggap lebih kejam dari perampok.Â
Hanya saja, koruptor yang tertangkap hanya dianggap sebagai manusia sial belaka. Masih ada gunung es yang perlu dikulik di negeri ini dari jarahan para koruptor.Â
Zaman Orde Baru sudah ramai tentang koruptor. Bahkan di zaman Orde Lama pun sudah ada. Hanya saja, seperti sudah menjadi rahasia umum, bahwa korupsi di zaman dulu dilakukan di bawah meja.Â
Reformasi yang setengah hati. Bahkan sudah mulai mati ini, justru melahirkan koruptor yang lebih gila. Bukan hanya korupsi di bawah meja, tetapi mejanya yang sudah dikorupsi.Â
Kehadiran KPK menjadi harapan semua orang yang masih memiliki nurani. Gebrakannya sempat membuat keder koruptor. Â Sehingga mereka pun melawan balik dengan tanpa tanggung tanggung. KPK diamputasi.Â
Sempat terjun bebas kepercayaan masyarakat terhadap KPK pasca perubahan Undang Undang KPK. Masyarakat menganggap KPK telah mati. Dan waktunya pesta para koruptor dimulai.Â
Eh, ternyata tidak. Masih ada marwah KPK. Dalam hitungan hari telah dibekuk banyak koruptor berturut-turut.Â
Dan paling akhir adalah ketika KPK membekuk koruptor di lembaga yang pernah dibubarkan Gus Dur karena disinyalir tak beres dalam mengurus bantuan. Â KPK meng-OTT korupsi bansos.Â
Berbeda dengan korupsi beberapa kepala daerah yang hendak membuat serangan fajar, korupsi bansos harusnya menjadi korupsi paling berbahaya. Korupsi paling korupsi.Â