Terawan diundang WHO untuk berbagi pengalaman penanggulangan covid-19, karena Indonesia dinilai oleh WHO berhasil dalam penanggulangan covid-19. Undangan tersebut diteken oleh Jaouad Mahjour, Asisten Direktur Jenderal Kesiapan Darurat WHO.Â
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus ingin mendengarkan masukan dalam tindakan IAR (intra-action review). Â Sebuah ajang berbagi pengalaman yang akan dilaksanakan pada 6 November 2020. (Bisnis.com, 5 November 2020)Â
Pantesan Presiden Jokowi tetap mempertahankan Terawan sebagai menteri kesehatan, meskipun desakan untuk Meresufle begitu membahana. Terawan setipe dengan Jokowi yang lebih suka bekerja daripada mengumbar kata kata.Â
Kerja kementerian kesehatan memang paling disorot di masa pandemi ini. Seakan-akan kesalahan akan selalu dirujuk pada kinerja kementerian yang sekarang dikomandoi Terawan tersebut.Â
Gempuran, termasuk dari Najwa yang mewawancarai kursi kosong, tak menggoyahkan Terawan untuk tetap bekerja dalam senyap. Bekerja memang tidak perlu banyak dilayarkan. Seperti, keberhasilan kerja Terawan selama ini di rumah sakit Gatot Subroto.Â
Undangan dari WHO harusnya menyadarkan mereka yang kurang sabar dalam melihat keberhasilan perang melawan covid. Â Ya, dunia mengakui keberhasilan Terawan dan Indonesia dalam melawan pandemi. Walaupun kita semua mengakui bahwa kerja belum selesai.Â
Sebaiknya, kita memang kembali bekerja. Bukan untuk saling menyalahkan. Apalagi kalau kerja kita cuma main telunjuk ke arah kerja orang lain, tanpa mau berhitung tentang kerja kita sendiri.Â
Kita bantu Pak Terawan agar kerja kementerian kesehatan juga semakin maksimal. Â Undangan merujuk bahwa arah kerja sudah benar sehingga kita tak perlu ribut lagi dengan jalan yang kita tempuh.Â
Ribut tentang arah jalan hanya akan membuat kita lupa jika tenaga kita belum dipergunakan untuk bergerak. Â Kritikan tetap diperlukan, tapi bukan untuk menghalangi langkah perjalanan, apalagi membatalkan langkah sebelum langkah diambil.Â
Kesadaran masyarakat harus terus juga ditumbuhkan. Karena persoalan terbesar adalah pada masyarakat yang menyanksikan keberadaan covid sendiri. Sehingga prilaku abai ini berakibat pada penyebaran yang tak terkendali.Â