Mas Menteri Nadiem Makariem telah bertindak kejam sekali. Keputusannya mengalmarhumkan ujian nasional telah membuat kematian ribuan lembaga bimbingan belajar yang ada di seantero negeri ini.Â
Sebetulnya, keberadaan lembaga bimbel memang tidak dibutuhkan di negeri ini jika proses pendidikan berjalan sesuai filosofi pendidikan seperti dirumuskan oleh bapak pendidikan Ki Hajar Dewantara. Â Ketika pendidikan selama ini telah melenceng dari filosofi itu, lembaga bimbel tumbuh.Â
Lebih parah lagi, begitu banyak pejabat di dinas atau di kementerian pendidikan yang malah mendorong sekolah belajar kepada lembaga bimbel cara praktis menaikan nilai ujian nasional sekolah nya.Â
Selama ini, bimbel memang nyaris menggantikan pendidikan oleh guru. Â Lebih menyedihkan lagi, ketika pimpinan sekolah memanggil guru guru kelas 6,9,atau 12 bahwa sekolah akan mengadakan kerjasama pelaksanaan bimbel di sekolah. Guru diharapkan pengertian nya, karena pelaksananya akan dilakukan oleh guru guru dari bimbel. Â Mereka dibayar sekolah.Â
Sedih. Mangkel. Gregetan. Dan banyak lagi rasa di benak guru guru diperlakukan seperti itu. Guru dilecehkan di lembaganya sendiri. Dan ujian nasional benar benar menjadi momok setiap kepala sekolah, juga kepala dinas. Melanggar filosofi pendidikan pun akan dilakukan demi nilai ujian nasional.Â
Sekarang, Mas Nadiem telah mengembalikan harkat dan martabat guru sebagai pendidik. Bukan cuma pengajar bimbel. Bukan cuma pengedrill soal soal UN.Â
Ya, perasaan bahagia itu membuncah. Akhirnya, ada yang berani mengembalikan esensi persekolahan sebagai lembaga pendidikan.Â
Akan tetapi, di sisi lain, kasihan juga melihat wajah wajah loyo para pengajar di bimbel bimbel. Mereka sudah merasakan aura kematian itu.Â
Tak mungkin lagi mereka mengajari cara memecahkan soal akm. Â Karena akm lebih pada kompetensi jangka panjang yang tak bisa di drill. Kompetensi dalam akm harus dididik kan dalam jangka panjang.Â