Yang di sebelah kanan itu, jumlahnya cuma sedikit. Sama sedikit nya dengan jumlah mereka yang di sebelah kiri. Cuma karena teriakan teriakan nyaring mereka. Sehingga sering mengecoh siapa pun yang kurang waspada. Dikiranya banyak, padahal fatamorgana.Â
Seorang prajurit sejati harusnya memang berada di tengah. Â Tak akan goyah oleh godaan mereka yang mengajaknya ke kiri atau ke kanan. Kemungkinan besar, ajakan tersebut cuma tipuan. Upaya memanfaatkan saja.Â
Jalan tengah merupakan jalan mayoritas. Â Walaupun kadang menjadi mayoritas diam. Tetap saja harus diperhitungkan kekuatan mereka. Mereka lah penjaga keseimbangan hidup. Di mana pun dan kapan pun.Â
Tanda-tanda Pak Gatot mulai tertarik bergeser ke kanan memang sudah lama. Â Semakin jelas ketika beliau sudah pensiun.Â
Bukan persoalan. Geser ke mana pun jelas hal tersebut merupakan hak seseorang. Tak boleh ada yang menghalangi. Kecuali melanggar konstitusi.Â
Keberhasilan Anies yang menggunakan jalur tersebut dan berhasil di Jakarta, kadang membuat orang ingin menempuh jalur serupa. Padahal, faktor lain di Jakarta sangat banyak sehingga Anies lolos menggunakan jalur tersebut.Â
Indonesia tentu jauh berbeda dengan Jakarta. Â Indonesia terlalu besar untuk disamakan dengan Jakarta. Â Informasi juga tak bisa deras sederas Jakarta. Belum lagi, kondisi masyarakat tak seegaliter Jakarta.Â
Jika terus menggunakan jalur kanan, Gatot tak akan bisa mencapai tujuan berpolitik nya  kemungkinan hanya akan menjadikan Gatot terkenal karena bantuan suara suara nyarinh dari kaum kanan ini.Â
Sayang nya, NU dan Muhammadiyah tak pernah seinci pun mau bergeser ke kanan. Â NU dan Muhammadiyah konsisten di tengah. Menjaga negeri ini tetap sebagai negeri yang aman.Â
Kritik NU dan Muhammadiyah selalu akan diperhatikan karena kritik NU dan Muhammadiyah adalah kritik tanda cinta pada negeri ini. Kritik sebagai koreksi moral. Karena mereka memang penjaga dan kekuatan moral yang masih ada.Â
Mereka yang di kanan hanya segelintir sempalan yang mulai tak jelas arah jalannya. Mereka terlihat mulai frustasi sendiri. Bisa jadi akan menjadi monster di negeri ini.Â
Oleh karena itulah, sebaiknya Pak Gatot kembali ke tengah. Kembali bersama mayoritas yang diam. Â Kembali berada dalam kesejukan.Â
Memang sulit bersaing di tengah. Akan tetapi, masih ada harapan jika digarap dengan baik. Â Jika dirancang dengan teliti.Â
Daripada ikut dalam kebisingan. Daripada cuma dijanjikan angan angan. Daripada hanya dimanfaatkan.Â
Tak apa kan, Pak Gatot?Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H