Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Israel, UEA, dan Mimpi Gus Dur

15 Agustus 2020   15:22 Diperbarui: 15 Agustus 2020   15:30 2389
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beruntunglah NU punya Gus Dur. Sehingga pemikiran di NU berkembang sangat pesat dan terbuka. Terutama, di pundak generasi mudanya. 

Gagasan Gus Dur memang sering terlalu maju. Sehingga salah paham terhadap pendapat Gus Dur bukan sesuatu yang bisa dihindarkan. Kyai Ketoprak karena mau saja menjadi ketua DKJ, terus menggulirkan pemikiran yang benar-benar sangat berkemajuan (maaf, meminjamkan istilah punya saudara, Muhammadiyah). 

Dalam bernegara tak kalah progresifnya.  Supremasi Sipil benar-benar dilakukan di tengah kekuasaan para jenderal masih begitu besar. Sebuah keberanian tanpa tanding. Apalagi jika kita melihat saat ini. 

Orang Papua juga merasakan humanitas Gus Dur dalam berpolitik dan bernegara. Gus Dur memang menujukan sikap politik nya untuk mengunggulkan kemanusiaan. Politik harus untuk kemanusiaan.  Jangan ada manusia korban politik.  Papua menganggap hanya pada masa pemerintahan Gus Dur dimanusiawikan. 

Perjuangan Gus Dur yang belum tercapai hingga kini ada membuka hubungan diplomatik dengan Israel.  Pergaulan Gus Dur yang mendunia dengan tanpa melihat latar belakang, sebetulnya sangat mungkin sekali membuka hubungan diplomatik dengan Israel. 

Jika Indonesia bercita-cita ingin ikut mengadakan perdamaian dunia, tak mungkin Indonesia tak memiliki hubungan diplomatik dengan negara Yahudi tersebut.  Sebuah mimpi di siang hari bolong jika membela saudara saudara kita di Palestina tapi sikap politik masih kerdil. 

Keuntungan ekonomi juga dapat lebih banyak didapatkan.  Selama ini hubungan dengan Israel melalui orang ketiga, sehingga keuntungan didapatkan oleh orang ketiga. 

Politik luar negeri harus dilakukan dan dikaji dengan baik. Bukan hanya didasari keyakinan dungu dalam beragama. Apalagi keyakinan dungu tersebut cuma merupakan kepentingan kelompok tertentu belaka. Akhirnya, Palestina dan Israel cuma komoditi untuk satu demo ke demo yang lainnya. 

Rasionalitas orang Arab lebih bisa difahami. Baru saja ditandatangani hubungan diplomatik secara resmi antara Uni Emirat Arab dengan Israel.  Apakah orang Uni Emirat Arab tidak beragama? Justru pembukaan hubungan diplomatik tersebut menyelamatkan Tepi Barat dari penyerobotan Yahudi. 

Visi 2030 menjadi dasar UEA menjalin hubungan tersebut. UEA mencoba mencari jalan dari kebergantungan terhadap minyak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun