Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Sekolah Maksa Tatap Muka, Siap-siap Nadiem Disalahkan?

6 Agustus 2020   05:38 Diperbarui: 6 Agustus 2020   05:34 443
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di Brebes sekolah diam-diam melaksanakan tatap muka. Di Bekasi, beberapa sekolah melaksanakan tatap muka. Di Malang, juga akan dilaksanakan simulasi tatap muka pembelajaran. 

Orang tua teriak teriak pengin anaknya masuk sekolah.  Kalau pasar dan mall saja sudah dibuka, kenapa sekolah tetap digembok?  Seolah-olah jika mall dibuka, sekolah juga harus dibuka. Mereka tidak mikir jika orang boleh pergi ke mall atau tidak kan sesuka hatinya. Kapan saja.  

Sedangkan sekolah? Jika sekolah dibuka dengan tatap muka, maka semua siswa harus masuk atau paling tidak bergiliran. Tak bisa sesuka mereka sendiri sendiri. Guru tak mungkin melaksanakan tatap muka sekaligus pembelajaran daring. 

Keputusan untuk menunda tatap muka atau memperpanjang pembelajaran daring di daerah-daerah yang masih zona kuning dan merah adalah keputusan empat menteri.  Bukan keputusan Nadiem seorang diri. Pertimbangan dilakukan dengan multidimensi.  Sehingga pelarangan pembukaan tatap muka sekolah harus ditaati oleh semua orang. 

Beberapa negara yang sempat membuka sekolah juga kemudian muncul kluster sekolah sebagai kluster baru penyebaran covid.  Kita belum aman. Jangan merasa aman palsu. Jangan sampai kebosanan kita mengakibatkan kita tumpul untuk berpikir kritis. 

Keselamatan anak anak harus menjadi prioritas.  Bukan nafsu terbebas dari beban memperhatikan anak sendiri belajar, menjadi terlalu mendominasi. 

Masih banyak anak anak yang harus menggunakan transportasi umum untuk sampai ke sekolah.  Penggunaan transportasi umum jelas akan membuat mereka sangat mungkin untuk tertular. 

Anak anak juga masih sering mengabaikan protokol kesehatan.  Meskipun diawasi ketat oleh guru, tapi kebiasaan anak anak untuk lepas bebas bermain terlalu tinggi.  Apalagi untuk disiplin menggunakan masker dan jaga jarak. Sangat diragukan anak anak bisa konsisten melaksanakan hal tersebut. 

Kendala dalam pembelajaran daring memang banyak. Karena pembelajaran daring dilaksanakan tanpa persiapan apa apa. Mendadak harus daring. Mendadak harus bersuasana baru. 

Jangan tanyakan infrastruktur yang di luar kewenangan Kemendikbud.  Kurikulum adaptif saja belum mereka buat sampai saat ini. Ini memang kelemahan. Tapi, kita tetap harus mendorong terus agar cepat terealisasikan. 

Membuka sekolah kucing kucingan. Melakukan simulasi tanpa perhitungan. Bisa jadi akan memunculkan malapetaka.  Kalau mereka yang melakukan mau bertanggungjawab, masih hebat. Tapi kadang mereka tak berani tepuk dada. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun