Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Jokowi Harus Mendengar Rocky Gerung

3 Agustus 2020   09:52 Diperbarui: 3 Agustus 2020   09:51 1945
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rocky Gerung bersama Din Syamsuddin, Said Didu, dan Refly Harun kabarnya berkumpul.  Tentu bukan untuk sekadar ngopi ngopi belaka.  Mereka ternyata bikin KAMI, Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia. 

Kabarnya sih akan turut bergabung juga nama nama beken seperti Rizal Ramli, Gatot Nurmantyo, dan Rachmawati Soekarnoputri.  Gak kaleng kaleng kan? 

Orang-orang di luar kekuasaan memang wajib didengar. Karena, orang orang di luar kekuasaan ini akan berkata tanpa ABS.  Mereka akan berkata justru film tempat yang jelek jeleknya saja.  

Dengan demikian, pemerintah, dalam hal ini Jokowi dapat masukan tentang kelemahan pemerintahan nya dengan baik.  Bukan untuk mengganti program yang sudah bagus, tapi cukup untuk meminimalisir kelemahan yang ada. 

Dengan mendengar kritik mereka, Jokowi tentu akan terbantu dalam upaya nya menyejahterakan rakyat negeri ini. Paling tidak, dapat menghilangkan penghalang penghalang menuju keberhasilan nya. 

Kenapa di judul tulisan ini, hanya saya sebut nama Rocky Gerung? 

Tentu bukan karena kebutuhan penulisan judul agar mudah difahami.  Ada alasan fundamental, tentunya. 

Dari sekian nama yang ikut dalam KAMI, relatif hanya Rocky Gerung yang konsisten berada di luar.  Ini kelebihan Rocky Gerung. Tak pernah terperdaya untuk masuk ke dalam kekuasaan yang secara konsisten dikritik nya. 

Sedangkan nama lain, seperti Said Didu, Refly Harun, bahkan Din Syamsuddin pernah ada di dalam.  Demikian juga dengan Rizal Ramli dan Gatot Nurmantyo. 

Jika sudah pernah di dalam kemudian berbicara keras ketika di luar, di dalam anggapan masyarakat kita kurang baik.  Tak konsisten atau kurang konsisten.  Kok bicara kerasnya cuma di luar? Ada apa? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun