Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Hukum Pilihan

Mungkin, Kita Tinggal Menunggu Kematiannya?

26 Juni 2020   09:49 Diperbarui: 26 Juni 2020   09:58 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jajak pendapat Kompas yang dirilis 23 Juni 2020 menunjukkan citra KPK berada di titik paling rendah dalam sejarah KPK. Sebanyak 44,6 persen responden memandang citra KPK baik. Padahal, sebelumnya, pada Mei 2017, adalah titik puncak citra KPK. Sebanyak 82,8 persen responden memandang citra KPK baik. (Kompas, 24 Juni 2020) 

Sudah bisa diprediksi. Tak ada yang menginginkan KPK menjadi monster bagi para koruptor yang sedang berpesta di segala sudut jengkal tanah negeri ini. Sehingga kematian KPK sudah dirancang sedemikian rupa. 

Alasan berkonsentrasi pada pencegahan adalah alasan yang sangat tak masuk akal. Kalau cuma pencegahan, tak perlu ada KPK. Karena, persoalan di negeri ini justru korupsi yang sudah bikin enek hati nurani. 

Sejarah KPK memang sejarah perjuangan para koruptor untuk segera membunuhnya. Sayang, mereka tak pernah berhasil. Nurani anak negeri masih bisa diandalkan dalam menjaga satu satunya lembaga hasil Reformasi yang tak pernah mengecewakan ini. 

Dan, kini mereka berhasil. Dengan kasat mata. Sehingga saat ini, tak ada yang bisa mempercayainya lagi. Dan mungkin kita tinggal menunggu proses pemakaman nya belaka. 

Siapa sih yang tak takut KPK? Semua takut karena KPK tak pernah takut meringkus para pembesar negeri ini yang di belakang layar telah menyelingkuhi nuraninya sendiri. Bukan kerja tanggung tanggung, karena ketua DPR, hakim MK, ketua DPD, menteri, apalagi cuma gubernur sama bupati. 

Sekarang KPK sepi. Tak ada penangkapan. Karena memang sudah dibuat kerdil. Sudah dibunuh dari dalam. Tak mungkin ada lagi yang mau berdiri bergandengan tangan untuk menjaganya dari serbuan alien. Tak ada. Karena alien nya kemungkinan sudah di dalam. Sedang ngopi pagi dan sarapan spageti. 

Ya, siapa pun yang masih memiliki nurani pasti sedih melihat kematiannya. Siapa pun yang masih punya nurani, pengin ada lembaga yang bisa mewakili kegeraman nya dalam melihat fakta di negeri ini. Siapa pun mereka harus gigit jari. 

Revisi UU KPK sudah berhasil mengakhiri segalanya. Mungkinkah ada revisi kembali untuk mengembalikan kedigdayaannya? Mungkin. Tapi, calon koruptor tak mungkin membunuh dirinya sendiri. Mereka lebih bisa bersatu tinimbang kita yang terberai. Mereka lebih kuat karena memiliki banyak dana. Dana kita yang sudah dimilikinya. 

Menunggu godot?

Tidak juga. Kita harus tetap berjuang. Semoga masih ada harapan KPK bisa kembali digdaya. Mari satukan langkah. Mari terus berjuang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun