Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Pak Jokowi, Jangan Ada Kesan Lemah Menghadapi Partai Koalisi Pendukung

6 Juni 2020   05:21 Diperbarui: 6 Juni 2020   05:18 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pak Jokowi mampu menghadapi dengan baik partai oposisi. Kelincahan beliau dalam berkoalisi bersama rakyat cukup terasakan pada periode pertama. Kesan kurang kuat menghadapi partai Koalisi pendukung tak terlalu mengganggu. 

Harapan di periode kedua, kepribadian Bapak Presiden sebagai pembela wong cilik, kebenaran, dan keadilan menjadi begitu besar. Apalagi, jika dibandingkan dengan periode pertama, jelas di periode kedua ini akan lebih mudah karena tak ada beban untuk modal pemilu presiden berikutnya. 

Hanya saja, sebagai presiden yang tak punya partai, di periode kedua ini, hampir dapat dikatakan tak punyo oposisi. Apalah artinya PKS kalau dia sendirian? Pasti akan selalu terkalahkan, bahkan sebelum perang dimulai. Kejadian saat pemilihan wagub Jakarta menjadi cermin paling jelas. 

Di periode kedua Jabatan Kepresidenan Jokowi, justru semua partai merapat menjadi partai koalisi pendukung pemerintahannya. Walaupun PAN dan Demokrat mencoba membuat istilah kurang tegas. 

Maka, perang Pak Jokowi, bukan lagi menghadapi partai oposisi yang galak dan harus diperhitungkan. Pak Jokowi mendapatkan pekerjaan lebih berat karena justru harus menghadapi partai koalisi pendukungnya. 

Jika sudah demikian, Pak Jokowi terkesan sendirian di saat banyak teman. Pak Presiden yang tak memiliki partai justru terkadang memiliki kesan ditelikung justru oleh partai pendukungnya. Serba sulit dalam bertindak. Melawan kemauan partai pendukung kan menjadi pemandangan lucu dan wagu. Akan tetapi, dalam beberapa hal, persekongkolan bersama partai pendukung menjadikan Jokowi menghadapi rakyatnya sendiri. 

Misalnya saja tentang KPK. Kesannya Presiden Jokowi tersandera. Pilihannya bukan lagi bersama koalisi dan rakyat menghadapi oposisi. Akan tetapi, menjadi memihak rakyat atau partai koalisi pendukung. 

Jokowi menjadi sendiri. Rakyat yang merindukan kebersamaan bersama beliau sering terbentur tembok koalisi.  Rakyat jadi ragu. Takut hanya dimanfaatkan oleh orang-orang di belakang partai pendukung tersebut ketika memberi dukungan kepada Jokowi. 

Keterpecahan dalam mengusung tagar dukungan kebersamaan terhadap Jokowi dapat dibaca dari keraguan sebagian pendukung Jokowi terhadap partai partai koalisi pendukung pemerintahan yang terus menggerogoti kebersamaan mereka. 

Masih ada mimpi, Jokowi kembali bersama rakyat. Karena partai partai itu sering terkesan punya agendanya sendiri. Untuk kepentingan sendiri. Lihat saja kelakuan para ketua umumnya yang mengesankan superioritas mereka di partai masing-masing, dalam hal demikian juga terhadap anggota partai yang ditugaskan menjadi menteri atau semacamnya. 

Kami bersama Jokowi menghadapi partai koalisi. Dan kami berharap, Pak Jokowi juga masih bersedia berjuang bersama kami. Jika kami bersatu, apalah arti partai koalisi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun