Pak Jokowi mampu menghadapi dengan baik partai oposisi. Kelincahan beliau dalam berkoalisi bersama rakyat cukup terasakan pada periode pertama. Kesan kurang kuat menghadapi partai Koalisi pendukung tak terlalu mengganggu.Â
Harapan di periode kedua, kepribadian Bapak Presiden sebagai pembela wong cilik, kebenaran, dan keadilan menjadi begitu besar. Apalagi, jika dibandingkan dengan periode pertama, jelas di periode kedua ini akan lebih mudah karena tak ada beban untuk modal pemilu presiden berikutnya.Â
Hanya saja, sebagai presiden yang tak punya partai, di periode kedua ini, hampir dapat dikatakan tak punyo oposisi. Apalah artinya PKS kalau dia sendirian? Pasti akan selalu terkalahkan, bahkan sebelum perang dimulai. Kejadian saat pemilihan wagub Jakarta menjadi cermin paling jelas.Â
Di periode kedua Jabatan Kepresidenan Jokowi, justru semua partai merapat menjadi partai koalisi pendukung pemerintahannya. Walaupun PAN dan Demokrat mencoba membuat istilah kurang tegas.Â
Maka, perang Pak Jokowi, bukan lagi menghadapi partai oposisi yang galak dan harus diperhitungkan. Pak Jokowi mendapatkan pekerjaan lebih berat karena justru harus menghadapi partai koalisi pendukungnya.Â
Jika sudah demikian, Pak Jokowi terkesan sendirian di saat banyak teman. Pak Presiden yang tak memiliki partai justru terkadang memiliki kesan ditelikung justru oleh partai pendukungnya. Serba sulit dalam bertindak. Melawan kemauan partai pendukung kan menjadi pemandangan lucu dan wagu. Akan tetapi, dalam beberapa hal, persekongkolan bersama partai pendukung menjadikan Jokowi menghadapi rakyatnya sendiri.Â
Misalnya saja tentang KPK. Kesannya Presiden Jokowi tersandera. Pilihannya bukan lagi bersama koalisi dan rakyat menghadapi oposisi. Akan tetapi, menjadi memihak rakyat atau partai koalisi pendukung.Â
Jokowi menjadi sendiri. Rakyat yang merindukan kebersamaan bersama beliau sering terbentur tembok koalisi. Â Rakyat jadi ragu. Takut hanya dimanfaatkan oleh orang-orang di belakang partai pendukung tersebut ketika memberi dukungan kepada Jokowi.Â
Keterpecahan dalam mengusung tagar dukungan kebersamaan terhadap Jokowi dapat dibaca dari keraguan sebagian pendukung Jokowi terhadap partai partai koalisi pendukung pemerintahan yang terus menggerogoti kebersamaan mereka.Â
Masih ada mimpi, Jokowi kembali bersama rakyat. Karena partai partai itu sering terkesan punya agendanya sendiri. Untuk kepentingan sendiri. Lihat saja kelakuan para ketua umumnya yang mengesankan superioritas mereka di partai masing-masing, dalam hal demikian juga terhadap anggota partai yang ditugaskan menjadi menteri atau semacamnya.Â
Kami bersama Jokowi menghadapi partai koalisi. Dan kami berharap, Pak Jokowi juga masih bersedia berjuang bersama kami. Jika kami bersatu, apalah arti partai koalisi.Â