Mbah Jumirah tinggal sendirian. Â Suaminya sudah meninggal. Tapi ada yang bilang suaminya pergi bersama perempuan jalang. Ada juga yang bilang, suaminya tidak hanya satu.Â
Entahlah. Yang jelas, Mbah Jumirah sekarang tinggal sendirian film rumah nya yang sekarang sudah dikelilingi perdu. Â Pohon mangga di depan rumah Mbah Jumirah menjulang tinggi. Â Buahnya selalu banyak. Tak ada yang berani memetiknya. Tak pernah dijual pula. Sehingga buah buahnya akan jatuh setelah dibikin pesta oleh para kelelawar.Â
Anaknya? Ada yang bilang Mbah Jumirah punya anak dua. Laki-laki dua duanya. Sudah menikah dua duanya. Sekarang tinggal di kota asal istrinya, dua duanya.Â
Ada yang bilang, jika Mbah Jumirah memang tak pernah dipercaya oleh Tuhan untuk merawat anak dalam kandungan nya. Dan sebab itulah, suaminya selalu memiliki alasan untuk meninggalkannya.Â
Rumahnya ada di tikungan jalan menuju sebuah perumahan. Â Sudah beberapa kali, rumah itu ditawar oleh pengembang hanya untuk dirobohkan karena mengganggu wajah perumahan. Ibarat cewek cantik, rumah Mbah Jumirah seperti jerawat yang nangkring di hidung perempuan cantik itu. Sudah pasti dong, semangat membuang jerawat seperti pejuang yang sedang berperang.Â
Dan kami adalah para penguni perumahan itu. Yang setiap kali harus melewati rumahnya. Â Tahu kan bagaimana rasanya?Â
Tadi pagi ada ramai ramai. Banyak polisi di rumah Mbah Jumirah. Â
"Mbah Jumirah meninggal," kata tetangga.Â
"Alhamdulillah."
"Hu. Tak boleh begitu."