"Asu! "
Kata itu selalu keluar pertama saat Karyo terbangun. Â Tak ada yang marah dengan kata-kata itu. Karena semua orang tahu jika Karyo tidak mengumpat siapa pun. Malah orang akan berpendapat jika Karyo sedang mengumpat dirinya sendiri.Â
Karyo memang gemblung alias gila. Â Namanya orang gila, dia tak pernah tidur di satu tempat. Kadang di gardu. Kadang di emper musola. Kadang di emper toko ujung gang. Kadang di tempat nongkrong deket kali.Â
Tak ada yang tahu, asal muasal Karyo. Â Tahu tahu dia sudah di lingkungan situ tanpa disadari. Ada yang bilang setahun yang lalu, Karyo hadir di kampung situ. Ada yang bilang sudah dua tahun. Bahkan ada yang bilang sudah sepuluh tahun.Â
Tapi, siapa sih yang peduli sama wong gemblung model Karyo. Â Yang penting tak mengganggu. Ada dan tak adanya tak pernah memiliki arti.Â
Dan Karyo memiliki manfaat. Â Sejak ada Karyo, hampir dapat dikatakan tak pernah ada lagi pencurian. Â Kampung itu aman tentram. Semua penghuni kampung bisa tidur dengan nyenyak.Â
Mungkin karena posisi Karyo yang lebih banyak muter-muter kampung saat malam hari, sehingga maling juga tak ada yang berani melintas. Kalau malam kan susah ngebedain orang gila atau orang waras.Â
Makan? Tak pernah kelaparan. Ada saja orang yang memberikan makan kepada Karyo. Walaupun yang diberikan nasi kemarin yang jika tak ada Karyo pun nasi itu akan dibuang. Â Tapi selalu dimakan lahap oleh Karyo.Â
Nah, sudah sebulan Karyo menghilang.Â
Sebetulnya tak ada yang menyadari jika Karyo sudah sebulan tak berkelebat di kampung itu. Hanya saja, tak ada satu pun penghuni kampung menyadari nya.Â
Orang kampung baru sadar ketika ada salah satu rumah kemalingan. Â Terus, mereka sadar saat memikirkan penyebab kemalingan.Â