Manusia cenderung sombong. Tak bisa dinasihati. Dan selalu menganggap dunia adalah segalanya.Â
Hidup menjadi tak bermakna. Untuk apa kehidupan ini? Hanya untuk memuaskan nafsu yang tak akan ada akhirnya?Â
Kemanusiaan akan hilang kemanusiaan nya. Seperti kisah Fir'aun. Â Dia akhirnya menjadikan dirinya sebagai Tuhan. Sebuah kesombongan tingkat tinggi dari kebingungan hidupnya.Â
Dan semua itu cukup dinasihati dengan sebuah peristiwa. Yaitu kematian. Kematian akan memberikan nasihat bahwa kita itu manusia. Makhluk fana yang tak mungkin hidup selama nya.Â
Ada kematian di ujung perjalanan semua yang hidup. Â Tapi, tumbuhan dan binatang tak diberi kesadaran untuk melakukan refleksi terhadap kematian. Â Seekor kambing tak pernah menyadari akan kematian dirinya. Â
Demikian juga dengan pohon mangga yang selama ini berbuah banyak tapi harus ditebang karena akan dibangun jalan tembus untuk memudahkan perjalanan manusia.Â
Sementara, manusia mampu menyadari kematian nya. Â Dengan kematian, manusia akan mencoba untuk memberi makna pada kehidupan nya. Â Hidup cuma sebentar. Cuma mampir ngombe. Â Ada dunia di sana. Di dunia setelah kematian.Â
Sehingga manusia tak perlu menyombongkan diri. Â Karena manusia tak bisa apa apa menghadapi kematiannya. Â Ada kabar, ada milyuner yang mengumpulkan para ilmuwan untuk memperpanjang kehidupan manusia. Bahkan menjadikan manusia menjadi imortal. Tapi, semua itu hanya pekerjaan sia sia.Â
Dan korona membuat setiap manusia merasa begitu dekat dengan kematian mereka. Â Setiap manusia semakin menyadari akan kefanaan dirinya.Â
Dengan kematian, manusia kemudian berusaha untuk mencari makna hidupnya. Â Hidup yang hanya sebentar tak perlu disia siakan untuk kerja yang tak berguna.Â