Selalu saja panik. Â Lebih susah menghadapi kepanikan warga daripada menghadapi penyakit nya itu sendiri. Â Akibat kepanikan juga lebih berbahaya dari semua nya.Â
Panik itu memang menjadikan otak tak bekerja dengan normal. Kepanikan membuat segalanya menjadi tak biasa.Â
Orang panik juga akan cepat menular. Â Orang panik akan segera menjadikan orang disekitarnya juga sulit menggunakan otaknya secara sadar.Â
Sudah berbagai macam penyakit datang. Seperti flu burung. Juga merc atau bagaimana lah tulisannya. Â Bersamaan dengan kepanikan. Â Ternyata tak apa juga. Kita tetap hidup.Â
Apalagi berita di koran, terutama sih berita online yang harus banyak peng"klik " Sehingga muncul kiat menggunakan judul bombastis.Â
Dari judul bombastis itulah mereka yang pemalas membaca berita secara jernih langsung panik. Dan panikisasi dimulai dari sini.Â
Kita harus waspada terhadap segala persoalan, iya. Tapi, tetap menomor satukan otak, agar pikirkan tindakan tetap jernih. Â Kejernihan ini yang menghindarkan seseorang dari panikisme massal.Â
Seperti waspada flu burung, itulah waspada korona. Sudah banyak korban. Emang, kalau kita panik korban langsung menurun? Kan tidak juga?Â
Kenapa kita gak cukup kan sikap kita pada waspada saja. Karena waspada masih menomor satukan otak daripada emosi semata.Â
Lebih parah lagi kalau panikisme dan panikisasi diciptakan oleh politikus politikus kotor yang hendak mengail di air keruh. Â Bisa berbahaya tingkat dewa.Â