Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Jangan Mudah Panik

2 Maret 2020   20:42 Diperbarui: 2 Maret 2020   20:40 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selalu saja panik.  Lebih susah menghadapi kepanikan warga daripada menghadapi penyakit nya itu sendiri.  Akibat kepanikan juga lebih berbahaya dari semua nya. 

Panik itu memang menjadikan otak tak bekerja dengan normal. Kepanikan membuat segalanya menjadi tak biasa. 

Orang panik juga akan cepat menular.  Orang panik akan segera menjadikan orang disekitarnya juga sulit menggunakan otaknya secara sadar. 

Sudah berbagai macam penyakit datang. Seperti flu burung. Juga merc atau bagaimana lah tulisannya.  Bersamaan dengan kepanikan.  Ternyata tak apa juga. Kita tetap hidup. 

Apalagi berita di koran, terutama sih berita online yang harus banyak peng"klik " Sehingga muncul kiat menggunakan judul bombastis. 

Dari judul bombastis itulah mereka yang pemalas membaca berita secara jernih langsung panik. Dan panikisasi dimulai dari sini. 

Kita harus waspada terhadap segala persoalan, iya. Tapi, tetap menomor satukan otak, agar pikirkan tindakan tetap jernih.  Kejernihan ini yang menghindarkan seseorang dari panikisme massal. 

Seperti waspada flu burung, itulah waspada korona. Sudah banyak korban. Emang, kalau kita panik korban langsung menurun? Kan tidak juga? 

Kenapa kita gak cukup kan sikap kita pada waspada saja. Karena waspada masih menomor satukan otak daripada emosi semata. 

Lebih parah lagi kalau panikisme dan panikisasi diciptakan oleh politikus politikus kotor yang hendak mengail di air keruh.  Bisa berbahaya tingkat dewa. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun