Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Gebrakan Erick Tohir

19 November 2019   14:31 Diperbarui: 19 November 2019   14:47 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Langkah Erick Tohir perlu diapresiasi. Kekayaan BUMN memang fantastik. Sehingga pengelolaannya harus dilakukan oleh orang yang benar-benar mencintai negeri ini.  Bukan para maling rampok yang hanya menggeser kekayaan negara ke kamar tidur sendiri.  Dan Erick Tohir memang pilihan paling tepat yang dilakukan Jokowi.

Melakukan pembenahan di kantong maling jelas tak bisa sendiri.  Erick harus dan memerlukan bantuan orang-orang gila yang memang bisa dan sanggup menghajar mafia yang sudah mendarah-darah di BUMN-BUMN negeri ini.  Tak ada yang bisa membantah jika ada orang yang meneriakkan tentang kondisi BUMN sebagai sapi perah para mafia.

Ahok jelas berintegritas. Pernah mendapat pengahrgaan Bung Hatta Award. Jelas sekali juga ketika memimpin Jakarta. Satu rupiah uang rakyat di Jakarta dijagain dengan mata yang terus melotot, membentak, jika perlu memaki, bahkan berkelahi. Karena Mafia bekerja tak sendiri. Mereka berkerumun dan bersekongkol. Mereka bersatu rapi. Jika, banyak orang-orang baik terlempar oleh ulah para mafia, itu hal biasa. Di film-film juga selalu begitu.

Tapi, ada orang-orang gila yang berjibaku melawan mafia. Misalnya saja orang-orang yang ada di KPK. Hingga Novel Baswedan pun harus merelakan satu matanya demi penegakan keadilan dan perang melawan mafia.  Dan sampai sekarang tak tertemukan, karena para mafia akan selalu saling melindungi.  

Candra Hamzah merupakan salah satu tokoh antikorupsi.  Dan kita berharap, orang-orang penuh integritas ini dapat bersama-sama Erick menghadapi mafia yang sudah begitu meraja. Penolakan terhadap tokoh-tokoh berintegritas dapat dibaca sebagai grak mafia dalam rangka perlawanan dan mengamankan posisi nyamannya selama ini. Jelas mereka mencoba membuat teks berbeda. Tapi, jika kita jeli membaca, pasti kita dapat melihat titik koma kaum mafioso itu diletakkan.

Eselon satu diganti semua. Hebat. Birokrat yang kelamaan dengan kenyamanan juga harus diubah. Kerja bagus sering dihambat birokrasi brengsek. Sehingga setiap kebijakan seorang menteri dapat saja diblok dan tak berjalan atau kalaupun berjalan akan melenceng ke mana-mana. Sehingga mengganti eselon satu menjadi sangat penting untuk memastikan birokrat di kantor kementreian BUMN mendukung setiap kebijakan yang akan digulirkan oleh Erick. Apalagi jika kebijakannya akan mengusik kenyamanan mereka.

Masih banyak langkah yang harus dilalui Erick. Tapi langkah awal ini cukup menggembirakan. Perlu diapresiasi. Perdu didukung. Kekayaan negara harus dipakai sebaik-baiknya demi kesejahteraan rakyat negeri ini.

Mari lawan para mafia di BUMN.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun