Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Raket

Pemain Muda Terlalu Manja?

25 Mei 2019   22:26 Diperbarui: 25 Mei 2019   22:49 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bulutangkis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Vladislav Vasnetsov

Siapa sih yang dapat melupakan para legendawan bulutangkis kita? 

Rudi Hartono,  Liem Swie King,  Cristian,  Icuk,  Alan,  Susi dan masih banyak lagi.  Mereka lah para legenda bulutangkis kita.   Mereka lah yang membuat bulutangkis kita jaya. 

Lalu,  kenapa sekarang beda? 

Kabar nya,  para legenda bulutangkis tersebut memiliki mental tangguh.   Bukan hanya dalam bertanding yang tampak ngotot dan enggan kalah, sehingga energi menjadi bertambah berlipat-lipat dari yang sebetulnya dimiliki.   Akan tetapi juga dalam hal latihan.  Kabarnya,  para legenda itu tak pernah latihan sesuai dengan jadwal latihan.   Mereka selalu menambah jam latihan sendiri. 

Itulah mereka para legenda.   Sehingga kita juga merasa jika mereka itu memiliki banyak kelebihan yang sering di luar perkiraan. 

Sedangkan,  generasi baru dalam bulutangkis,  sering tampil menyedihkan.   Bukan hanya tidak konsisten,  tapi juga seperti penampilan anak manja.   Bukan pemilik mental baja yang enggan kalah apalagi untuk menyerah.   

Bahkan sempat tersebar isu kemanjaan para pemain muda.   Mereka enggan menambah latihan sendiri sebagai mana pernah dilakukan oleh para seniornya yang melegenda. 

Maka,  ketika piala Sudirman enggan balik ke rumah asal nya di negeri ini menjadi sesuatu yang wajar.   Tak mungkin anak anak manja itu bisa mengalahkan pemain pemain dari Jepang dan dari Cina yang setiap tampil selalu terlihat kengototannya.   Seperti perjuangan terakhir untuk tidak kalah apalagi menyerah. 

Kebanggaan terhadap bulutangkis seperti nya sudah mulai luntur pada generasi muda kita.   Anak anak sekolah yang dulu zaman ku selalu bolos untuk nonton bulutangkis nya Swie King,  sekarang tak ada lagi. 

Bahkan anak anak banyak yang tak kenal nama para pemain bulutangkis.  Seperti tak peduli karena sudah terlalu lama tak berprestasi. 

Semoga anak anak muda itu tak manja lagi.   Karena prestasi tak mungkin diperolah oleh para manjaer.   Prestasi hanya akan diambil oleh para pejuang sejati.   Pemilik mental baja. 

Masih ada harapan.  Semoga kali ini,  Piala Sudirman bisa mampir kembali ke negeri asal muasal nya. 

Amin. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun