Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Penjual Bulan

25 Oktober 2018   05:02 Diperbarui: 25 Oktober 2018   05:27 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aneh.  Bagaimana gak aneh coba, ada orang tahu tahu datang ke rumah Anda, terus dia menawari Anda untuk membeli bulan.  Dan dia agak memaksa.

Saya udah punya bulan, kataku kesal.

Bapak pasti belum tahu dan gak pernah peduli dengan bulan, kata perempuan sales bulan itu, dengan terus berupaya agar aku membeli bulan.

Maksud Anda, aku menjadi sedikit gusar.  Saya memang gak pernah tahu, apakah saat ini masih ada bulan, seperti dulu waktu saya kecil, sore sore keluar rumah memanggil bulan bersama teman teman seumuran.  Sore adalah waktu bermain bulan.

Sekarang anak anak sudah sibuk dengan gadget nya sendiri sendiri.

Sekarang sudah tak ada bulan di langit yang bisa bapak lihat kapanpun bapak mau, kata perempuan sales semakin merasa di atas angin.

Berapa?  Saya harus mengaku kalah.  Sudah bertahun tahun saya tak pernah lihat bulan.  Saya terlalu sibuk bekerja.  

Bapak bisa bayar berapa saja, asal cocok.

Kupret.  Berapa saja asal cocok.  Inikan jebakan.  Seolah olah kita yang menentukan harga, padahal harga yang kita berikan yang sedang menunjuk seberapa harga kita.  Kalau nawar rendah pasti akan dicibir sebagai pelit atau cuma segitu kemampuan bapak?

Singkat cerita, aku beli dua.  Satu saya pasang di plafon kamar tidur.  Satu lagi dipasang di kamar mandi.

Saya memang masih sendiri.  Kadang kesepian juga.  Kalau ada bulan, paling tidak, saya bisa terhibur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun