Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jokowi Tak Suka Berisik

6 Desember 2017   10:26 Diperbarui: 6 Desember 2017   10:30 969
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kerja itu dengan tangan dan pikiran.  Bukan dengan mulut.  Jadinya berisik kalau kerja pakai mulut.  Apalagi kalau mulutnya ember.  Tak ada saringan apa pun.  Bisa-bisa cuma kotoran yang beterbangan dari mulut berisiknya.

Kalau Bapak Presiden Jokowi saja maunya bekerja, maka orang-orang di sekitarnya, orang-orang yang membantunya juga harus bercontoh pada beliau sebagai pucuk pimpinan di negeri ini.  Semua pembantunya harus rela untuk diam sambil bekerja tanpa henti.  Terus bekerja tanpa berisik tapi hasilnya asik.

Tapi terkadang godaan politik terlalu besar.  Dan politik itu memang berisik.  Dan politik memang penuh dengan intrik.  Jangan tanya halal haram pada para politikus.  Tanyakanlah pada mereka, sudah dapat apa saja?  Pasti mereka akan pura-pura bersih sambil terus berisik dan mengusik.  Mengusik apa saja.  Bahkan mengusik mereka yang sedang asik bekerja.

Panglima juga diangkat Presiden.  Panglima juga membantu presiden.  Karena hanya presiden yang posisinya di atas panglima TNI.  Panglima harus tunduk dan mampu menerjemahkan visi dan misi presiden.  Tentu dalam kerja nyata.  Bukan kerja para Senayaner yang suka berisiknya minta ampun.  Walau kadang isinya kopong.

Panglima tak boleh berpolitik.  Politik panglima hanyalah politik kebangsaan.  Politik panglima berorientasi hanya untuk keutuhan dan masa depan negeri ini.  Dari serangan pihak asing.  Dari kekuatan luar yang mungkin berhasrat mengganggu negeri ini.

Jokowi sebagai presiden yang demen kerja tentu akan terganggu oleh panglima yang berisik.  Panglima yang agak belok-belok tergoda oleh gemerlap politik.  Panglima yang sedang menyusun kemungkinan rumah politiknya setelah pensiun.

Pak Hadi itu kalem dan diem.  Saya rasa ada kebersambungan ini.  Hadi diharapkan mampu menerjemahkan kemauan presiden, bukan kemauan diri sendiri.  Hadi diharapkan mampu menjaga netralitas TNI menjelang hajatan besar di tahun 2019 nanti.  Dan kelihatan sekali kalau pak Hadi tak punya ambisi untuk nyari-nyari kursi.

Jokowi pasti akan suka banget dengan karakter yang mirip dengan karakternya.  Suka bekerja dan pantang berisik.  Kerja dan berisik memang amat sangat berbeda.  Jauh banget.

Pemimpin harus tahu karakter bawahannya.  Seorang bawahan harus tahu karakter atasannya.  Hingga akan terjadi kenyambungan yang efektif untuk mewujudkan kerja yang belum selesai ini.  Dan ini memang sangat diperlukan.  Tak bisa kerja efektif kalau pimpinan mau ke kanan, kok bawahan punya ambisi ke kiri.  kalau begini, pasti akan terjadi pecah kongsi.

Selamat berjuang, Pak Hadi.  Kami tunggu kerja nyatamu membangun ketahanan negeri ini.  Tak usah bermimpi tentang kursi lain ya, Pak?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun