Subuh belum terlihat tanda-tandanya, saat Kakek Abu sudah kosak kosek membersihkan kamar mandi musola. Â Musola Misftahul jannah tak pernah terjamah kotoran sekecil tinja cicak pun setelah ada Kakek Abu tinggal di musola itu.
Kira-kira sudah dua tahun.
Dia datang begitu saja. Â Menemui pengurus musola. Â Dan kebetulan musola tak punya marbot. Â Sehingga, Kakek Abu langsung mendapat pekerjaan sebagai marbot musola Miftahul Jannah.
"Tak ada honornya, Kek," kata Kang Huda selaku ketua DKM.
Kakek Abu hanya tersenyum.
"Jangan menuntut, honor ya?" tambah Kang Soleh selaku bendahara.
"Saya sudah bersyukur jika bapak-bapak memperkenankan saya menjadi marbot di musola ini," kata Kakek Abu masih dengan senyumnya yang sumringah.
Dan mulailah Kakek Abu sebagai marbot. Â Dan mulai saat itu pula, musola Miftahul Jannah selalu terlihat resik. Â Bukan hanya di tempat solatnya belaka. Â Keresikan itu nyampai ke kamar mandi dan tempat kencing yang di tempat lain bau jengkol, di musola Miftahul Jannah, bau wangi.
"Pak Soleh ngasih pewangi?" tanya seorang jamaah.
Pak Soleh menggeleng.
Jemaah pun menjadi tahu, bukan saja Kakek Abu tak dibayar, Kakek Abu juga yang selama ini membeli pewangi. Â Mungkin juga membeli peralatan lain seperti kain pel, karena kain pel selalu terlihat rapi dan bersih.