Baru saja Google mengiklankan tentang kebutuhan pegawainya. Siapa yang dibutuhkan mereka? Ternyata bikin gempar dunia. Google tak peduli dengan ijazah calon pegawainya. Yang penting, bisa bekerja.
Selama ini terlalu berlebihan memuja ijazah.
Bahkan begitu banyak dari pemuda negeri ini yang berbangga-bangga dengan ijazahnya. Semakin tinggi ijazah yang diperoleh, misalnya S3, maka ia akan merasa lebih pandai, dan lebih parah lagi merasa lebih bisa dari mereka yang hanya S2, S1, apalagi dari mereka yang cuma tamatan SMA, SMP, atau yang tak pernah sekolah.
Perusahaan-perusahaan juga suka memasang tarif yang berbeda berdasarkan tingkat pendidikan. Setinggi apa pun kebisaanmu, jika kamu cuma tamat SMA, maka gajimu sekadar UMR. Parah buanget.
Dan Google sudah mendekonstruksinya.
Google telah mengembalikan segalanya ke dalam fitrah kejadiannya. Â Kebisaan manusia tak ada kaitan langsung dengan ijazah yang disandangnya. Kebisaan lebih pada kemauan dan kerja keras pemerolehannya.
Di masa mendatang, apa yang dilakukan pasti akan menyebar menjadi sebuah trend baru. Di masa depan akan semakin banyak perusahaan yang mengukur pegawai berdasarkan kebisaannya, bukan ijazahnya. Siapa pun yang bisa, maka dia akan memiliki hak untuk menaiki tangga paling tinggi di perusahaan.
Sebuah kabar gembira bagi mereka yang punya kebisaan dengan modal kemauan. Sebaliknya, menjadi kiamat bagi para pengejar dan pembangga gelar.
Sekolah dan pendidikan tinggi, pada era ke depan harus mengubah haluan. Tidak boleh lagi hanya mengobral ijazah. Â Sekolah dan perguruan tinggi harus lebih berorientasi pada kebisaan seseorang. Tak ada ijazah bagi yang tak bisa. Â Atau ijazah merupakan salah satu rujukan kebisaans seseorang, bukan lagi menjadi satu satunya.
Kalau begitu, apa yang harus kita lakukan?
Buang ijazahmu!