Apa yang kurang dari kehidupan keluarga modern?
Kehangatan. Â Ya, kehangatan sebuah keluarga sepertinya sudah sangat sulit dicari di tengah kehidupan keluarga-keluarga, utamanya di kota besar. Rumah hanyalah sebuah tempat persinggahan menjelang tidur, bahkan banyak rumah yang hanya sekali sekali disinggahi karena kesibukan para penghuninya.
Tetangga rumah saya, mengeluh karena dia sering dipanggil oleh pihak sekolah karena ulah anaknya. Â Dia orang sibuk. Â Berangkat pagi sekali, pulang larut malam. Â Mungkin jarang sekali bersitatap dengan keluarga, anak-anak utamanya. Â Kalau berjumpa, mungkin hanya saat si ayah hendak menumpahkan amarah karena ulah anak itu di sekolah.
Dalam ajaran Islam, kita dianjurkan untuk menjadikan rumah sebagai surga. Â Rumahku surgaku. Â Jika konsep rumahku adalah surgaku dikembangkan dengan baik, maka siapa pun yang menjadi penghuni rumah tersebut akan selalu disusupi rasa tenteram di hatinya.
"Bagaimana bisa? Â Saya sibuk, Pak Guru," kilah tetangga saya tersebut.
Dan kilah demikian sudah terlalu sering saya dengar sebagai seorang guru. Â Seolah-olah dunia terlalu sempit untuk sebuah komunikasi. Â Lalu untuk apa ada rumah dan keluarga?
Keluarga adalah dunia paling utama bagi seorang anak. Â Dari lingkungan inilah seorang anak belajar segala hal tentang kehidupan. Â Kesalahan dan kekisruhan di rumah, akan menyebar ke mana-mana, karena rumah adalah pangkalnya.
Memperbaiki masyarakat atau negara tak mungkin dilakukan tanpa perbaikan dari unit kehidupan terkecil yaitu keluarga. Â Keluarga yang baik akan memancarkan kebaikan pada masyarakat, bahkan pada sebuah negara. Â Demikian juga sebaliknya.
Bagaimana membangun komunikasi dalam sebuah keluarga?
Sudahkah hari ini Anda menyapa anak Anda?
Pertanyaan ini sering saya sampaikan pada orangtua murid yang sering sok sibuk tak punya waktu untuk anak-anaknya. Â Anak-anak kita bukan hanya membutuhkan uang Anda. Â Mereka lebih butuh sebuah sapaan. Â Sepotong sapaan akan sangat berarti bagi kehidupan anak-anak kita. Â Anak-anak kita akan merasa diperhatikan oleh orangtuanya saat mereka mendengar sapaan Anda.
"Pak Guru punya grup keluarga?" tanya tetangga saya yang mukanya sering terlihat digayuti mendung gara-gara polah anaknya, saat melihat HP saya dan ada grup keluarga di WA dan Line.
Saya hanya mengangguk.
"Saya akan coba, ah!"
Dengan grup keluarga, kami saling menyapa. Â Dengan grup keluarga, kami saling menumpahkan perhatian. Â Dengan sapaan dan perhatian itu, anak-anak saya menjadi tenteram. Â Kalau anak-anak tenteram, orangtua mana yang tidak tenteram?
Mari kita saling menyapa. Â Pergunakan HP dan grup keluarga sebagai wahana mengukuhkan ketahanan keluarga di tengah kehidupan perkotaan yang tampak semuanya terburu-buru.
Sudahkah Anda menyapa anak Anda hari ini?
sudah dishare di
https://plus.google.com/+MochamadSyafei/posts/axwF5bFHcfB
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H