Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Titi Dalas "Tiga Hati dalam Gelas" (33)

19 April 2016   15:51 Diperbarui: 19 April 2016   16:01 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perjalanan ibu telah tuntas.  Perjalanan ibu telah sampai ujung sejarah.  Kami harus pasrah.  Kami harus berjiwa besar.  Kami harus mempu meneladani ibu di saat-saat seperti ini.

"Ketabahan itu pertahan paling hebat dari manusia, Nduk," kata ibu saat melihat aku menangis dan mengatakan tak lagi tahan hidup seperti itu.

Dan sepertinya, kata-kata ibu lebih bermakna saat ini.  Diah terkadang bingung, kenapa hampir semua orang merasa kehilangan saat seseorang pergi.  Tapi, tak peduli saat orang itu bersamanya.  Ya, bertahun-tahun Diah tak mempedulikan ibunya.  Bertahun-tahun Diah bahkan membencinya.

Ibu dimakamkan siang itu juga.

Besok paginya, Diah kembali ke Jakarta.  Besok paginya lagi, Mas Juli dan Mbak Dini kembali ke Bandung.  Diah berjanji akan mengunjungi Bandung kalau liburan datang.

"Rara juga ikut," pinta Rara.

"Iya.  Asal rapornya bagus."

"Apa sih hubungan Rapor dengan Bandung?" protes Rara.

"Nilai rapor bisa mengantarkan sesorang ke Bandung atau tidak," jawab Diah tak mau kalah.

"Oke deh," terpaksa Rara menyerah.

Diah pun kembali ke sekolah.  Tak ada yang berubah.  Kecuali berita tentang program mutasi yang sedang akan dilakukan oleh Dinas Pendidikan DKI.  Semua gur yang sudah lebih dari lima belas tahun di satu sekolah akan dipindah ke sekolah lain, kata kepala sekolah.  Untuk apa?  Untuk penyegaran, kata kepala sekolah lagi dengan bangga karena dirinya pasti akan semakin ditakuti guru-guru.  Selama ini ada saja guru yang mencoba-coba mengungkit anggaran sekolah.  Mana ada kepala sekolah yang tak menguntit anggaran sekolah?  Lha, untuk jadi kepala sekolah saja mesti bayar sekian puluh juta.  Kan modal awal itu harus kembali?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun