"Wah sedang ngomongin aku, ya?" kata Kak Juli menghampiri kami sedang duduk.
Kak Dini sigap berdiri. Â Menghampiri Kak Juli. Â Menuntunnya duduk di antara kami.
Tak ada rasa canggung lagi. Â Ada tali-tali yang tak terlihat yang melilit tubuh-tubuh kami. Â Dan kami menemukan sebuah kehangatan. Â Sesuatu yang baru kali ini dirasai Diah.
"Jangan Ge-Er, Kak," kata Kak Dini.
"Kamu sudah ceritakan semua, Din?" tanya Kak Juli.
Diah mengangguk. Â Diah tak sadar kalau Kakaknya tak akan melihat anggukannya.
"Sudah, Kak," jawab Dini yang langsung menyadarkan Diah bahwa anggukan kepalanya memang tak akan terlihat oleh cara melihat yang berbeda Kak Juli.
"Di. Â Itulah kakak iparmu. Â Bukan orang suci. Â Tapi lebih tepatnya orang yang baik hati," kata Kak Juli. Â Kata-kata yang langsung membuat Kak Dini reflek mencubit lengan Kak Juli.
Kak Juli meringis.
Diah merasa ada kehangatan sebuah keluarga di sana. Â Apalagi kalau keponakan Diah juga diajak. Â Alangkah indahnya dunia ini. Â Mungkin keponakannya sebesar Rara.
Eit.Â