Rakyat mana di negeri ini yang tak gregetan terhadap wakilnya sendiri di Gedung DPR atau DPRD?
Hampir semuanya muak. Â Kecuali para pengurus partai politik itu sendiri. Â Kenapa? Â Karena rakyat melihat dengan mata kepala sendiri, bagaimana tingkah polah para wakilnya yang terkadang kebanyakan vitamin itu. Â Karena rakyat merasakan dengan hati nurani bersihnya, kalau para anggota dewan itu tak pernah memperlihatkan kehormatannya.
Kemuakan-kemuakan yang terus dipupuk oleh para politisi kini sudah mulai berbuah di Pilkada DKI Jakarta. Â Ahok muncul sebagai pendekar yang diharapkan bisa menjawab kemuakan rakyat pada partai politik. Â Rakyat ingin mengakhiri politik busuk itu dengan politik bersih yang bernurani. Â Dan DKI Jakarta akan sebagai laboratorium dan ujicoba. Â Jika Ahok dengan tanpa partai politik mampu menang, maka rakyat daerah-daerah lain pasti akan terpengaruh. Â Mereka juga akan bersekutu untuk memalubalikkan para wakilnya yang bertahun-tahun sudah mempermalukan rakyat dengan bangganya.
Ahok tak mau dipolitiki oleh para politikus busuk. Â Ahok sudah berpengalaman dengan Golkar dan Gerindra yang ketika dia ada di dalamnya maka dia akan dikurung dalam etika santun tapi busuk dalam politik. Â Sehingga keputusan untuk meninggalkan PDIP yang berlagu hendak mengatur dan menundukkan siapa pun di bawah ketiaknya sudah selayaknya diacungi jempol.
Para politikus memang semakin khawatir. Â Dan yang paling bersuara adalah PDIP. Â Karena dia yang paling bingung saat ini. Â Mendukung Ahok salah, tidak mendukung Ahok akan lebih salah lagi. Â PDIP memang sudah biasa terlambat dalam mengambil keputusan. Â Mungkin karena terlalu bergantung hanya pada satru figur belaka.
Nasdem sendiri menyadari akan gelombang deparpolisasi dan Jakarta memang bisa menjadi barometernya. Â Kalau PDIP berupaya melawan deparpolisi sambil memunafikkan dirinya seolah-olah dirinya masih bagus padahal rakyat sudah memuakinya, sedangkan Nasdem langsung mendukung Ahok dan sambil terus berkaca mengapa deparpolisasi menjadi sangat laku di ibukota negeri ini.
Deparpolisasi memang menjadi wajar. Â Bukan rakyat tak percaya partai politik. Â Justru partai politik yang tak pernah bisa dipercaya. Â Sudah begitu lama rakyat negeri ini bersabar, tapi politikus-politikus itu tak juga mau peduli apalagi mawas diri. Â Bahkan rakyat yang selalu dikatakan sebagai tak tahu apa-apa tentang politik busuk mereka.
Masa depan partai politik akan semakin tergantung pada tingksah poalah politikus di depan rakyat. Â Lihat saja, bagaimana komisi 3 dpr (maaf pakai huruf kecil aja) yang hendak memanggil Ahok dalam persoalan Sumber Waras dan Kalijodo. Â Kalau dpr bisa panggil siapa saja tanpa peduli etika maka suatu saat jangan-jangan tukang sayur di pasar pun akan di panggil. Â Kalau di Jakarta, sudah ada dprd, kenpa dpr masih cawe-cawe? Â Ini hnya salah satu contoh bagaimana sikap politikus dan pengurus partai politik sedang menghancurkan partai politik itu sendiri.
Tapi, apa parpol menyadarinya?