Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pemerintah Harus Bubarkan Annas

24 Februari 2016   17:05 Diperbarui: 24 Februari 2016   17:09 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jangan sampai kebakaran duluan baru kemudian saling teriak.  Prilaku yang selama ini sangat sering kita jumpai di negeri ini.  Sikap antisipasif sangat diperlukan.  Tidak perlu mengesampingkan hukum.  Tetap segalanya pakai hukum sebagai landasannya.

Problem kerukunan antarumat beragama saja belum mampu diselesaikan dengan baik di negeri ini.  Masih sering terjadi letupan-letupan yang seharusnya tak perlu, jika pemerintah memegang teguh hukum dan konstitusi secara konsisten.

Mayoritas memang sering terasa memaksakan kehendak.  Baik mayoritas Islam, Kristen, atau Hindu.  Mereka baru berteriak saat berposisi sebagai minoritas.  Minoritas Islam di tengah mayoritas Kristen, minoritas Kristen di tengah mayoritas Islam, atau lain sebagainya tapi bersifat sama atau mrip.

Negeri ini sudah berjalan pada jalan yang benar.  Pendiri negeri ini sudah menyadari dan melakukan kajian serta pemikiran yang mendalam akan keberadaan negara ini hingga berratus tahun ke depan.  Mereka, para pendiri bangsa, menyadari betul akan keberanekaan negeri ini.  Mereka, para pendiri negeri ini, selalu berupaya agar keberanekaan itu akan selalu menjadi kebanggaan yang dipelihara oleh anak cucu mereka.  Sehingga konstitusi mengagungkan keberagaman itu dan menjaminnya.

Tapi, manusia busuk, baik yang ada di dalam maupun orang luar yang ingin mengeruhkan apa yang jernih di negeri ini tetap akan muncul di setiap zaman.  Sehingga, kita, sebagai generasi yang sadar akan konstitusi kebrnegaraan yang harus selalu harus dijaga bersama sebagai fondasi keberadaan negara ini hendaknya tak lengah sedikit pun.  Tidak boleh berpangku tangan, seolah segala cita-cita luhur negeri ini akan datang tanpa munculnya tantangan.

Di tengah problem kerukunan antarumat beragama yang masih terus bermasalah dan menyimpan api dalam sekam, sekarang ini muncul gejala yang juga sama mengkhawatirkannya, adalah munculnya gerakan-gerakan yang mencerminkan kerukunan dalam satu umat beragama pun mulai dicoba untuk digoyahkan oleh pihak-pihak yang tak bertanggungh jawab.  Titik-titik sikap intoleran berkecambah di banyak tempat dengan dilandasi  dalil-dalil yang mengacaukan.

Tapi sayangnya, pemerintah justru tampak diam saja.  Seakan-akan gerakan-gerakan radikal itu didiamkan saja karena api masih kecil.  Apakah pemerintah baru akan bergerak kalau api sudah menjadi besar? 

Sebaiknya tidak seperti itu.  Kerugian yang akan dialami negeri ini terlalu besar kalau dipertaruhkan seperti itu.  Alangkah naifnya.  Oleh karena itu, gerakan organisasi yang bernama semisal ANNAS (Aliansi Nasional Anti Syiah) harusnya sudah dibubarkan.  Dari namanya saja kita sudah dapat membayangkan agresifitas organisasi masyarakat atau apa pun wujudnya ini.  Mumpung belum berkembang menjadi guirita, organisasi yang mungkin didukung oleh kaum wahabi ini, seharusnya sudah dibubarkan saja. 

Semoga negeri ini lebih aman ke depannya tanpa organisasi yang agresif seperti ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun