Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Tahun Depan Tak Ada UN Lagi

13 Mei 2015   11:30 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:06 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keputusan Mendikbud melegakan.  Walau belum memuaskan.  Kenapa UN tidak dijadikan faktor kelulusan?  Keputusan setengah hati.  Karena UN memang jelas-jelas tak ada manfaatnya.  Maka sebaiknya UN ditiadakan saja.  Kalau sudah ditiadakan, barulah Mendikbud lebih hebat dari meneteri-menteri pendahulunya.

UN pasti membelenggu banyak pihak.  Karena semua orang ingin nilai UN bagus.  Bisa meneruskan ke sekolah yang lebih baik, bagi siswa.  Juga bisa melanggengkan kekuasaan, bagi penguasa.  Maka, jangan heran kalau kunci jawaban masih terus berseliweran ditengah teriakan-teriakan membisingkan tentang kejujuran.

Maka, saya berharap tahun depan sudah tak ada UN lagi.  Semua tahu kok, pendidikan kita masih rendah.  Bagaimana tak rendah, mutu gurunya juga rendah.  Sarana prasarananya juga banyak yang tak layak untuk disebut sebagi pendidikan bagus.

Sarana dan prasaran perbaiki.  Tapi bukan UPS lho.  Kalau UPS sih gagasan manusia ngaco di Kebon Sirih.  Kalau srana prasaran sudah berstandar, pasti hasil pendidikan akan lebih baik.  Walau belum maksimal.

Terus?

Gurunya juga harus terus dilatih dan diberi kesempatan untuk meningkatkan pengetahuannya.  Guru yang pinter akan menjadikan anak bodoh menjadi pinter.  Sedangkan guru yang bodoh hanya akan membuat anak pinter sekalipun menjadi bodoh.

Apalagi?

Kepemimpinan di sekolah harus ditata ulang.  Kepala sekolah jangan cuma plonga-plongo.  Pengawas sekolah jangan hanya minta jatah uang ke sekolah.  Pilih kepala sekolah dan pengawas yang mumpuni.  Kenapa kepala sekolah dan pengawas yang plonga-plongo?  Karena perekrutannya hanya berdasarkan setoran uang atau dukungan politik.  Percaya?  Coba lihat saja hasil uji kompetensi yang baru beberapa waktu lalu dilakukan kementerian.

Stop kekerasan pada anak melalui UN.  Beri tantangan melalui pembelajaran yang menggairahkan dan mengasikan.  Guru pasti bisa.  Asal dipercaya.  Dan diberi pelatihan yang menginspirasi bukan pelatihan membuat RPP yang sangat-sangat-sangat membosankan itu.

Mendikbud yang inspiratif harus mampu menjadikan guru-guru inspiratif.  Guru-guru inspiratif akan mampu melahirkan murid-murid yang inspiratif.

Gampang kan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun