Keputusan Mendikbud melegakan. Â Walau belum memuaskan. Â Kenapa UN tidak dijadikan faktor kelulusan? Â Keputusan setengah hati. Â Karena UN memang jelas-jelas tak ada manfaatnya. Â Maka sebaiknya UN ditiadakan saja. Â Kalau sudah ditiadakan, barulah Mendikbud lebih hebat dari meneteri-menteri pendahulunya.
UN pasti membelenggu banyak pihak. Â Karena semua orang ingin nilai UN bagus. Â Bisa meneruskan ke sekolah yang lebih baik, bagi siswa. Â Juga bisa melanggengkan kekuasaan, bagi penguasa. Â Maka, jangan heran kalau kunci jawaban masih terus berseliweran ditengah teriakan-teriakan membisingkan tentang kejujuran.
Maka, saya berharap tahun depan sudah tak ada UN lagi. Â Semua tahu kok, pendidikan kita masih rendah. Â Bagaimana tak rendah, mutu gurunya juga rendah. Â Sarana prasarananya juga banyak yang tak layak untuk disebut sebagi pendidikan bagus.
Sarana dan prasaran perbaiki. Â Tapi bukan UPS lho. Â Kalau UPS sih gagasan manusia ngaco di Kebon Sirih. Â Kalau srana prasaran sudah berstandar, pasti hasil pendidikan akan lebih baik. Â Walau belum maksimal.
Terus?
Gurunya juga harus terus dilatih dan diberi kesempatan untuk meningkatkan pengetahuannya. Â Guru yang pinter akan menjadikan anak bodoh menjadi pinter. Â Sedangkan guru yang bodoh hanya akan membuat anak pinter sekalipun menjadi bodoh.
Apalagi?
Kepemimpinan di sekolah harus ditata ulang. Â Kepala sekolah jangan cuma plonga-plongo. Â Pengawas sekolah jangan hanya minta jatah uang ke sekolah. Â Pilih kepala sekolah dan pengawas yang mumpuni. Â Kenapa kepala sekolah dan pengawas yang plonga-plongo? Â Karena perekrutannya hanya berdasarkan setoran uang atau dukungan politik. Â Percaya? Â Coba lihat saja hasil uji kompetensi yang baru beberapa waktu lalu dilakukan kementerian.
Stop kekerasan pada anak melalui UN. Â Beri tantangan melalui pembelajaran yang menggairahkan dan mengasikan. Â Guru pasti bisa. Â Asal dipercaya. Â Dan diberi pelatihan yang menginspirasi bukan pelatihan membuat RPP yang sangat-sangat-sangat membosankan itu.
Mendikbud yang inspiratif harus mampu menjadikan guru-guru inspiratif. Â Guru-guru inspiratif akan mampu melahirkan murid-murid yang inspiratif.
Gampang kan?