Kerajaan Lembasari geger. Â Pagi tadi, saat matahari mulai tersenyum menyapa penghuni jagat raya ini, Putra Mahkota kerajaan tak ditemukan di kamarnya. Â Padahal semalam Putra Mahkota masih berbincang serius dengan Ayahandanya Baginda Raja.
Baginda Raja menginginkan Putra Mahkota segera menyelesaikan belajarnya di Padepokan Mpu Bandaralaga. Â Karena, Putra Mahkota tak akan bisa menjadi raja, jika pada saatnya kelak dia belum juga mengantongi ijazah kelulusan dari padepokan Mpu Bandaralaga.
Otak Putra Mahkota memang agak lelet. Â Tidak seperti bajaj, memang. Â Tapi juga belum mampu menyelesaikan pendidikannya tepat waktu. Â Sudah begitu, Putra Mahkota lebih suka berkeliling kerajaan untuk melihat kehidupan rakyatnya.
Mpu Bndaralaga memang kalau Putra Mahkota bisa belajar dari rakyatnya. Â Raja yang baik adalah raja yang tahu betul denyut kehidupan rakyatnya. Â Kalau istilah Putra Mahkota sendiri, dia ingin seperti cacing. Â Cacing tahu betul habitat hiduonya karena cacing selalu berada di tengah-tengah habitatnya.
Baginda Raja marah saat mendnegar alasan Putra Mahkota yang belum juga mampu menyelesaikan sekolahnya. Â Baginda Raja memanggil Mpu Bandaralaga agar sekolah Putra Mahkota dipercepat. Â Segala ujian dimudahkan. Â Mpu Bandaralaga menyanggupi titah rajanya. Â Semua ujian Putra Mahkota diluluskan, bahkan dengan nilai yang cukup mencengangkan.
Putra Mahkota tahu siasat itu. Â Putra Mahkota marah kepada ayahnya Baginda Raja. Â Karena Baginda Raja telah melakukan tindakan tidak jujur. Â Raja tidak seharusnya begitu. Â Apalagi janji untuk jujur adalah janji waktu setiap raja disumpah.
Putra Mahkota minggat dari istana. Â Pergi ke sebuah dangau. Â Pada saat itu, datanglah putri cantik anak pemilik kebun. Â Putri pemilik kebun pun kaget saat melihat ada Putra Mahkota ada di tangah dangaunya.
Putri itu ingin mengabarkan berita ini kepada penduduk desanya. Â Putra Mahkota melarangnya. Â Putra Mahkota memesan pakaian yang sudah jelek milik ayah atau saudara laki-laki dari putri pemilik kebun.
Setelah memakai pakaian dusun yang dipinjam dari kakak laki-laki putri pemilik kebun, putra Mahkota pergi ke kampung. Â Membantu orang kampung dalam menyelesaikan setiap masalah.
Salah satunya, ketika Baginda Raja hendak membangun jalan kerajaan. Â Jalan itu melewati tanah penduduk dusun. Â Sehingga penduduk dusun merasa keberatan.
Putra Mahkota pergi ke kerajaan untuk memprotes tindakan raja. Â Pada saat itu pula, raja mengenali kalau pemuda dusun itu adalah putranya. Â Maka, ia pun membuat perjanjian. Â Raja taka akan menggusur tanah warga dusun jika Putra Mahkota mau menjadi raja.