[
Mendung menggelayut di hati Diah. Â Ada perasaan bersalah. Â Ada juga perasaan tak boleh menyerah. Â Ada harapan yang hendak runtuh. Â Ada asa yang harus tetap dijaga.
Diah tak lagi mau menunggu. Â Diah langsung menuju ke ruang kepala sekolah. Â Kepala sekolah sedang sibuk. Â Tak peduli. Â Persoalannya harus bisa diselesaikan.
"Assalamualaikum."
"Silakan duduk. Â Tunggu sebentar, ya?" kata kepala sekolah. Â Diah tahu kalau kepala sekolah sengaja mengulur waktu. Â Diah tahu kalau kepala sekolah memberi jeda.
Lima menit. Â Amarah masih agak tinggi.
Sepuluh menit. Â Ada gejolak yang sedikit reda. Â Nafas Diah agak teratur kembali.Â
"Silakan minum dulu, Bu," kata kepala sekolah sebelum duduk di hadapan Diah.
"Begini, Pak," Diah segera selesai.
"Rara katanya tinggal bersama, Ibu?" sela kepala sekolah.
"Iya. Â Maksud saya menemui, Bapak ..."