[
"Ra, kamu sayang sama ayahmu?" tanya Diah.
"Kenapa bunda tanya?"
"Karena bunda tidak pernah merasa sayang sama bapak. Â Bunda memanggilnya bapak," jelas Diah.
"Bunda mimpi tentang bapak?"
"Iya. Â Sering ingatan-ingatan masa lalu bunda muncul dalam mimpi. Â Mungkin ada yang masih mengganjal di hati bunda. Â Selama ini bunda memang hanya menyimpannya sendiri. Â Kalau bunda berbagi cerita tentang bapak kepada orang lain, mungkin bunda akan terhindar dari mimpi-mimpi masa lalu bunda."
"Kalau begitu, kenapa bunda tidak ceritakan sama Rara. Â Rara akan pegang rahasia ini," kata Rara sambil memeluk Diah.
"Bapak dulu menginginkan anak laki-laki. Â Ingin sekali. Â Sehingga saat lahir anak laki-laki dari rahim ibu, bapak sangat bahagia sekali. Â Tapi, kebahagian itu tak bertahan lama. Â Karena kakak laki-laki bunda itu ternyata buta. Â Mendapatkan anak laki-lakinya buta, bapak marah. Â Marah kepada ibu, marah kepada dirinya sendiri, juga marah kepada anak bayi yang tak tahu apa-apa itu."
Rara merasakan kesedihan itu.
"Bapak yang marah, kemudian menyusun sebuah rencana busuk. Â Kakak bunda yang masih bayi itu dibawa bapak ke panti dan diserahkan ke sana. Â Ibu tak tahu panti tempat kakak dititipkan. Â Dan ibu tak berani melawan bapak yang sedang marah. Â Ibu hanya bisa menangis. Â Sambil berharap akan lahir bayi laki-laki dari rahimnya sehingga bapak akan senang."
Diah menarik nafas.