Mohon tunggu...
Mochamad Rizkymen
Mochamad Rizkymen Mohon Tunggu... -

Seorang dengan berbagai impian...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Refleksi Hidup

15 Maret 2013   20:09 Diperbarui: 24 Juni 2015   16:43 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ini, Tanggal 16, bulan Maret tahun 2013. Sama seperti hari-hari biasa, saya lewati dengan berbagai kegiatan rutin, bangun pukul 11:00, dilanjutkan dengan mandi, makan siang (juga pagi, biasa saya rangkum), tidak berangkat ke kampus (karena tidak ada jadwal kuliah), membuka laman di internet, menertwakan hal-hal lucu disana dan bla bla bla. Hah, begitulah, semenjak masuk semester 6 masa kuliah saya, dalam satu minggu hanya satu hari yaitu senin saya mempunyai jadwal kuliah.

Waktu berjalan begitu cepat, di hari ini saya telah hidup di bumi ini selama 7510 hari. Entah bagaimana cara menggambarkan perasaan ketika mengetahui usia saya telah menginjak 20 tahun, dan di bulan Juli kembali bertambah menjadi 21 tahun. Perasaan senang, bangga, sedih, malu dll bercampur di benak saya bagai pusaran angin yang bergerak tidak menentu. Ada satu kegiatan yang hampir pasti saya lalui dalam satu hari, yaitu perjalanan pulang saya dari kegiatan dalam satu hari. Entah itu untuk kuliah, mengerjakan job-job kecil, berkunjung ke rumah pacar dll.

Suasana sendu dikala senja, lampu-lampu malam hari, pemandangan pejalan kaki yang melangkah menuju arah pulang ke rumah, kemacetan Jakarta, pedagang kaki lima yang baru memulai berdagang, seakan menegur saya secara halus, tentang apa saja yang telah saya lakukan selama 20 tahun hidup di dunia. Waktu memang tidak pernah pandang bulu, tanpa ampun ia terus berjalan, meninggalkan semuanya, memori, kenangan indah, hal-hal konyol yang pernah saya lalui sewaktu kecil. Hingga pada satu titik saya menyadari bahwa sudah bukan waktunya saya bermain-main dengan semua ini. Jika standart tingkat kedewasaan seseorang diukur dari berapa usia orang tersebut, maka bisa dikatakan dalam waktu 2 tahun lagi atau diusia ke 23 saya memasuki fase menjadi "orang" yang seutuhnya. Meski ukuran  kedewasaan seseorang berbeda-beda, harus saya akui dalam waktu cepat saya akan memsuki fase itu. Saya meyakini sebuah kedewasaan akan datang pada waktunya seiring dengan segala hal yang akan dilalui. Ya sudahlah, lupakan tentang kedewasaan, toh masih ada sisa waktu 2 tahun lagi bagi saya untuk menikmati massa saya sebagai anak muda.

Hidup memang sebuah siklus yang luar biasa terlahir sebagai seorang bayi yang suci, lalu beranjak kanak-kanak, menjadi remaja, menjadi dewasa, kemudian menjadi seorang yang tua, lalu kembali lagi kepada asal mula manusia diciptakan, yaitu tanah. Semua itu berulang-berulang sejak zaman nabi Adam hingga sekarang. Tidak akan ada yang bisa membantah, bahwa kita semua akan mati, meninggalkan semua yang sudah dapatkan selama hidup.

Ada satu pertanyaan yang mulai bersarang di kepala saya dan belum terpecahkan, mungkin ini adalah pertanyaan yang sama dalam semua orang yang memasuki fase hidup seperti saya. Apalah arti dari semua ini? Apa arti dari sebuah kehidupan? Sebagai pemeluk agama Islam, saya paham betul bahwa tujuan seorang manusia terlahir di dunia tidak lain dan bukan adalah untuk mengagungkan sang maha pencipta, Tuhan yang maha Esa, Allah SWT.  Maha suci Allah SWT dengan segala kuasanya.  Dilubuk hati saya yang terdalam, tidak ada yang lebih saya takuti selain adzab Allah yang maha pedih, rasa takut untuk melakukan suatu dosa selalu hadir dipikiran ketika akan melakukan sesuatu dosa. Meski harus diakui juga banyak dosa yang sudah saya lakukan selama hidup ini. Itulah jawaban dari sebuah pertanyaan dari apa itu arti kehidupan versi saya. Memang hati kecil saya berkata, masih ada sekitar 10% lagi dari jawaban itu belum terjawab dari hati saya.

Hidup. Memang sebuah misteri yang belum saya dapat pemecahannya, mungkin nanti, di usia ke 50-60, ketika saya sudah menyaksikan anak-anak saya beranjak dewasa, menikah, memiliki anak, dan menjadi kakek saya akan mendapat jawaban ini semua secara utuh dan lengkap.

Semoga beruntung dalam hidup!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun