[caption id="attachment_156341" align="aligncenter" width="500" caption="CIA dengan segala permainan kotornya, mengumpulkan data dari negara-negara yang dianggap "][/caption] Dalam sebuah komentar anonim di Industrial park di Virginia, CIA sedang melacak dan mengikuti Twitter serta Facebook. Setiap hari 5 juta akun dilacak oleh CIA. Di lembaga Open Source Center, ada sebuah team yang dikenal sebagai "vengeful librarians" yang wajib menemukan setiap akun facebook, surat kabar, saluran berita tv, saluran radio lokal, ruang chatting internet, dan berbagai media lainnya yang bisa diakses dengan mudah oleh CIA. Mulai dari bahasa Arab, bahasa Mandarin, hingga dari blog yang emosional sampai blog yang terkesan bijaksana, para analis CIA mengumpulkan berbagai data-data informasi, yang langsung dikutip dalam bahasa negara setempat. CIA menjadikan referensi silang antara informasi dari koran lokal hingga menyadap telpon saat berlangsung percakapan. Dari gedung CIA, mereka membangun sebuah sistem yang sangat rapi, bahkan termasuk Top Secret tingkat tinggi. Contohnya ketika kematian Navy Seal yang pernah menangkap Osama bin Laden, diprediksi daerah Timur Tengah akan terjadi pemberontakan yang kuat. CIA sudah mengetahui, arah pemberontakan seperti di Mesir, Tunisia dan daerah yang lain. Tetapi kapan waktunya CIA tidak mau menyebutkan, dimana negara-negara yang juga akan mengalami pemberontakan. Sementara itu, setiap para analis yang disebarkan diseluruh kedutaan besar Amerika Serikat, wajib menyetorkan berbagai data-data dari pergerakan rakyat yang ada diseluruh negara. Para analis kedutaan yang paling berhasil, disebut sebagai seorang pahlawan sebagaimana disebut dalam novel kriminal "The Girl With the Dragon Tattoo". Ibaratnya, para analis ini adalah hacker yang punya sopan santun tinggi sesuai dengan negara yang ditempatinya. Dan berbagai negara tidak tahu akan agen CIA dengan misinya ini. Analis CIA ini mempunyai berbagai gelar master dalam ilmu perpustakaan dan mempunyai keahlian dalam berbagai bahasa, lebih-lebih adalah orang keturunan yang memang dari asal negara yang akan ditempatinya nanti. Pusat CIA telah mulai memfokuskan pada media sosial setelah melihat Twitter pada rezim Iran selama Revolusi Hijau di tahun 2009, ketika ribuan orang memprotes hasil pemilu yang dimenangkan oleh Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad untuk kembali berkuasa. "Persia adalah negara ketiga terbesar dengan kehadiran blog serta media sosial lainnya" ucap Doug Naquin dari agency’s Open Source Center. Setiap hari pusat data yang diberikan, akan dianalisa oleh Intelijen, Barack Obama selaku presiden akan terus mengavaluasi perkembangan data-data terbaru. Seperti kasus saat Osama bin Laden tewas di Pakistan, Mei lalu. CIA terus memantau Twitter dari Gedung Putih untuk mengatahui perkembangann opini publik dunia. Karena Twitter tidak dapat dipetakan dalam wilayah geografis, sehingga setiap para analis wajib melihat dan mengerti berbagai reaksi dalam setiap bahasa. Pada saat itu, hasil Tweet adalah bahasa Urdu, Pakistan, Cina yang semua mempunyai pandangan negatif atas peristiwa tersebut. Bahkan pejabat Pakistan memprotes serangan itu sebagai bentuk penghinaan terhadap kedaulatan negara mereka, sehingga menjadi titik tumpul yang memperumit hubungan diplomatik Amerika dengan Pakistan. Ketika Presiden Obama memberi pidato mengenai isu Timur Tengah beberapa minggu setelah serangan itu, respon negatif mencuat selama 24 jam yang datang dari Turki, Mesir, Yaman, Aljazair, Teluk Persia dan Israel. Berbagai tweet dari turki dan Arab menyatakan bahwa Obama disukai oleh Israel, tetapi dari bahasa Ibrani, di Israel tweet berbeda lagi yang mengatakan Obama Pro Arab. Dari hasil penyadapan beberapa hari, dianalisa dengan sangat cermat dan hati-hati serta merupakan rahasia tingkat tinggi intelejen Amerika. Dihasilkan kesimpulan tersendiri oleh petinggi CIA didalam gedung. Gedung yang khusus untuk penyadapan sosial media tersebut, juga menyadap berbagai analisa perhitungan pemilu berbagai negara yang sangat akurat. Maka dari itu kenapa Amerika sangat khawatir terhadap kemenangan PKS di Indonesia, bahkan ketika PKS di jakarta mampu bertahan 40% lebih. Amerika sudah memprediksi kekuatan besar partai Islam ini. Berbagai upaya penjegalan partai Islam ini memang sedang dilakukan oleh Amerika, termasuk menjajaki kerjasama jika memang tidak mampu ditaklukkan dengan propaganda negatif. Naquin selanjutnya mengatakan, "Kami melakukan berbagai peringatan, termasuk jumlah elite analisa yang tersebar diperkotaan wilayah negara". Naquin juga mengakui bahwa beberapa agen mereka dari penduduk setempat yang mempunyai akses langsung di komputer dan internet. Namun ia menunjukkan bahwa akses ke situs media sosial melalui ponsel tumbuh didaerah terpencil seperti Afrika, yang sebagian besar kita mengira penduduknya adalah orang-orang terbelakang dan kurang paham mengenai internet. Situs seperti Facebook dan Twitter adalah menjadi sumber kunci untuk mengetahui krisis sebuah negara dengan cepat, seperti juga mengetahui kerusuhan di Bangkok pada April dan Mei tahun lalu, wakil direktur pusat mengatakan kepada The Associated Press, setuju untuk tidak memberikan kesimpulan gegabah, karena sampai saat ini dia masih bekerja sebagai agen yang menyamar dibeberapa negara. Sebagai direktur, Naquin diidentifikasi sebagai badan publik untuk menyampaikan kepada masyarakat Amerika tentang berbagai kesiapan serangan di negara tersebut, baik serangan fisik maupun serangan elektronik. Agen wilayah yang juga termasuk wakil direktur, merupakan salah satu tim dari 20 pegawai Pemerintah AS. Sebagaimana mereka juga bertugas untuk menjalankan misi Cheos (kerusuhan) pada sebuah negara, seperti di Bangkok waktu lalu. Jika wartawan lokal belum memberitakan berita lantaran takut pada pemerintahan lokal, tidak bagi agen Amerika ini. Tetapi berbeda di media sosial seperti Facebook atau Twitter, dalam waktu 1 jam semua berita sudah beredar didalamnya. Inilah yang membuat mudah para staf CIA dipusat memantau dengan cepat perkembangan sebuah negara. Dengan melihat account secara akurat, mereka sudah mampu melihat situasi kondisi berbagai negara. "Situs media itulah yang memudahkan CIA dalam mempersempit ruang gerak kami untuk lebih fokus memantau pergerakan sebuah negara yang sangat bisa kita andalkan." katanya. Pada akhirnya, sekitar dua-pertiga dari laporan kedutaan besar dikirim kembali ke semua cabang Pemerintah di Washington, setelah itu dianalisis oleh Open source CIA pada setiap krisis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H