Oleh: M.Iqbal.M
Sosialis-libertarian bukan ideologi, melainkan narasi reruntuhan atas deretan ideologi monolitik bau terasi.
Tanpa ada oposisi pada setiap sisi.
Demi menjunjung tinggi setiap relung utopis di dalam nurani setiap individu.
Menuju fragmen interval yang selalu berpadu.
Tentu ini bukanlah indoktrinasi dari tragedi gerombolan praktis.
Macam maraknya slogan hidup feminis yang tak paham seluk-beluk komprehensi metafisis seksis.
Sehingga hanya berkutat pada orientasi norma antara pentil dan sentimentil.
Tanpa tau indikasi dari jantung dan onderdil.
Ataupun para poser recehan mendakwa pertapa sebagai lawan.
Menggunakan peralatan ampuhnya berupa gunjingan maut berbunyi kultuskan kerja, pertapa tidaklah berguna.
Apalagi dengan berkata, sudahlah jangan bermimpi.
Daripada nanti tak terjadi.
Hahaha sedemikian itu nyaringnya simulakra mereka.
Membuatku tak beranjak dari kloset kamar mandi kost putri bercampur putra.
Dengan ini ku mendeklarasi berefleksi lah lagi.
Setidaknya supaya menjauhi partikularistik serta logical fallacy.
Jika sudah, mari kita berdialektika kembali.
Solo, 25 Januari 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H