Mohon tunggu...
Clotehan Nawak
Clotehan Nawak Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa PPG Prajab Gelombang 2 2024

Visi saya sebagai guru masa depan adalah menjadi guru yang mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman saat ini dan kedepannya, memanfaatkan teknologi secara efektif, dan membangun hubungan yang kuat dengan siswa. Guru masa depan tidak hanya menjadi pemberi materi pembelajaran, namun juga menjadi mentor dan inspirasi yang dapat mendukung perkembangan siswanya secara holistik.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kekerasan Guru dan Siswa di Sekolah: Ini Masalah Kita Bersama

22 November 2024   05:58 Diperbarui: 22 November 2024   09:02 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Dunia pendidikan yang kita harapkan bisa menjadi salah satu tempat menimba nilai-nilai yang akan membentuk karakter, namun pada realitanya  kekerasan di sekolah, baik yang dilakukan oleh guru terhadap siswa maupun sebaliknya, merupakan masalah s erius yang masih sering terjadi di Indonesia. Meski dunia pendidikan diharapkan menjadi tempat yang aman dan nyaman untuk belajar, kenyataannya, masih ada sejumlah kasus kekerasan yang menimpa siswa. Kekerasan ini bisa berupa fisik, verbal, hingga psikologis. Dalam konteks ini, peran guru sangat penting karena mereka menjadi figur otoritas dan pengayom bagi siswa. Namun, jika kekerasan ini justru datang dari pihak guru, maka dapat menciptakan dampak yang lebih buruk bagi perkembangan anak. Oleh karena itu, penting untuk menganalisis lebih dalam mengenai kekerasan yang terjadi antara guru dan siswa di sekolah.

Kekerasan Guru terhadap Siswa

Kekerasan yang dilakukan oleh guru terhadap siswa bisa terjadi dalam berbagai bentuk. Salah satunya adalah kekerasan fisik, misalnya pemukulan atau penggunaan kekuatan berlebih saat mendisiplinkan siswa. Meski terkadang dimaksudkan untuk memberikan efek jera, kekerasan fisik justru dapat menimbulkan trauma bagi siswa dan merusak hubungan antara guru dan murid. Selain itu, ada pula kekerasan verbal yang berupa penghinaan atau kata-kata kasar yang dilontarkan oleh guru. Ini pun bisa berpengaruh negatif terhadap perkembangan mental dan emosional siswa, karena mereka bisa merasa dihina dan dipermalukan di depan teman-temannya.

Ada beberapa faktor yang dapat memicu kekerasan ini. Salah satunya adalah kurangnya keterampilan guru dalam mengelola emosi dan mengatasi perilaku siswa yang tidak diinginkan. Terkadang, guru yang merasa frustasi atau kelelahan karena tuntutan pekerjaan bisa kehilangan kendali dan melakukan tindakan yang tidak seharusnya. Selain itu, pendidikan karakter yang kurang ditekankan dalam kurikulum juga bisa menyebabkan guru kurang sensitif terhadap dampak dari perkataan atau tindakan mereka terhadap siswa.

Kekerasan Siswa terhadap Guru

Selain kekerasan yang dilakukan oleh guru, kekerasan yang dilakukan oleh siswa terhadap guru juga tidak kalah penting untuk diperhatikan. Kekerasan ini bisa terjadi dalam bentuk fisik, seperti pemukulan atau ancaman kekerasan, atau dalam bentuk verbal seperti ejekan dan penghinaan. Penyebabnya bisa beragam, mulai dari perasaan tidak puas terhadap cara pengajaran guru, ketidaksesuaian antara harapan siswa dengan metode yang digunakan, hingga pengaruh dari lingkungan sosial di luar sekolah yang mendukung perilaku kekerasan.

Dalam beberapa kasus, kekerasan siswa terhadap guru bisa terjadi karena ada persepsi bahwa guru tidak adil atau tidak memperlakukan mereka dengan baik. Ketika guru tidak bisa menegakkan disiplin dengan cara yang tegas dan adil, siswa bisa merasa direndahkan dan cenderung memberontak. Selain itu, kurangnya kontrol diri dan kecerdasan emosional pada siswa juga menjadi faktor penyebab kekerasan ini.

Solusi untuk Mengatasi Kekerasan di Sekolah

Mengatasi kekerasan antara guru dan siswa membutuhkan kerja sama antara berbagai pihak, mulai dari pemerintah, sekolah, hingga masyarakat. Pertama, sekolah perlu mengadakan pelatihan untuk guru dalam hal manajemen kelas, pengelolaan emosi, dan komunikasi yang baik dengan siswa. Dengan keterampilan ini, guru diharapkan bisa lebih sabar dan bijak dalam menghadapi situasi yang memicu kekerasan.

Selain itu, pendidikan karakter juga harus lebih ditekankan dalam kurikulum. Siswa harus diajarkan untuk menghargai orang lain, mengelola emosi, dan menghindari tindakan kekerasan. Sekolah juga harus menyediakan saluran untuk melaporkan kekerasan, baik dari siswa terhadap guru, maupun sebaliknya, agar masalah ini bisa segera diatasi.

Penting juga untuk membangun kesadaran bahwa kekerasan dalam bentuk apapun tidak dapat diterima di lingkungan pendidikan. Semua pihak baik guru, siswa, maupun orang tua harus berkomitmen untuk menciptakan lingkungan sekolah yang aman dan mendukung perkembangan karakter siswa.

Dengan kesadaran dan tindakan yang tepat, kita bisa menciptakan sekolah yang bebas dari kekerasan, tempat dimana proses pembelajaran berlangsung dengan baik dan penuh kasih sayang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun