Mbok Nang : "itu loo di belakang,habis ini tak ambilkan"
Begitu yang harus dilalui setiap hari. Kata salah seorang tetangga yang sering kali ditanya keadaan mbah Joyo dan mbok Nang.
Walaupun mempunyai 7 anak, dari 7 anak Mbah Joyo tak ada satupun yang tinggal atau menemani di rumah tua itu. Melainkan karena anak-anaknya sudah berkeluarga semua sehingga membuat rumah sendiri bersama istri dan jauh pula. Bersama istri yang masih setia menemani, dengan keadaan mbok nang yang tampak tubuh dan wajah yang lebih tua. Mbok Nang merawat dengan baik dan ikhlas meski diperlakukan kekerasan terhadapnya, memang itu tugas seorang istri harus selalu menemani,baik dalam keadaan senang maupun susah.
Mbah joyo terkenal sangat kaya bahkan bisa dibilang orang yang paling kaya di desa itu. Hingga tak ada anaknya tak sekolah melainkan semuanya sekolah tinggi dan menjadi orang yang berhasil dan semua sukses, bahkan pada waktu kejayaan kekayaan mbah joyo bisa dibilang tidak akan habis kekayaan sampai tujuh Turunan.
Tapi kini kasihan.karena yang katanya kekayaan tidak akan habis tujuh turunan itu kini habis seperti kemana kekayaan kekayaan tersebut mulai dari pekarangan tanah sawah binatang peliharaan sapi yang sangat banyak kambing di mana-mana. Semua habis untuk pembiayaan pengobatan.
"Tidak ada harta yang tersisa lagi, semuanya telah habis." Kata salah seorang tetangga yang ditanya bagaimana kekayaan yang dipunyai Mbah Joyo yang dulu banyak itu.
Memang sudah dari saat muda Mbah Joyo sudah tekenal sangat kaya,tak hanya itu Mbah Joyo terkenal akan sifat kerasnya.walaupun bukan asli orang desa itu,orang sangat  memandang tinggi Mbah Joyo karena akan kekayaannya.banyak ternak milik Mbah Joyo yang dititipkan kepada warga lain,lebih tepatnya mereka berhutang lalu tidak sanggup membayarnya sehingga ternak maupun tanahnya yang dijadikan untuk melunasi hutang-hutangnya.
Saat Mega merah mulai terbenam, terdengar suara dari depan  kediaman rumah Mbah Joyo.
"tok tok tok.... Mbah Joyo... mbah..."
"Tok tok tok.... Kulo nuwun"
Cekrek.... Mbok Nang membukakan pintunya pelan,sambil mempersilakan masuk seorang warga desa tetangga, dengan pakaian kusut yang tak lain juga salah seorang yang berhutang,ia bernama pak Saleh.