Cantrik merupakan  punakawan morgan, adapun yang termasuk punakawan morgan selain cantrik terdapat cangik dan limbuk yang kehadirannya dalam wayang kulit purwa cukup penting.Â
Sebab dalam cerita wayang selalu didapati adegan pertapaan (percabaan) yang sangat erat hubungannya dengan cantrik. Tokoh ini muncul sebagai pengiring para pendeta atau Begawan, baik berwujud satria maupun raksasa.Â
Cantrik merupakan penggambaran tokoh masyarakat yang sedang menuntut ilmu di suatu perguruan atau percabaan yang pada saat itu menggunakan system pengajaran yang disebut paguron. Dalam system itu semua murid juga menjadi anggota keluarga yang berfungsi sebagai pelayan dan pengasuh.
Cantrik ditampilkan dengan roman muka yang gembira dengan mata pecicilan, kiyipan dan plelengan, berhidung nelik atau sumpel, bermulut sunthi atau sumpel dengan kumis tipis kadang berjenggot dan berjambang.Â
Tubuhnya Ngropoh, perut buncit dengan rompi warna gelap. Posisi kaki dengan pocong dhagelan dengan motif kambil secukil. Ia memakai kethu (topi), kadang memakai klambi, selendang, gelang dhagelan, dengan jari-jari tangan nuding (menunjuk) dan megar menyandang badik (semacam sabit).
Cantrik jarang diceritakan secara khusus tetapi sebagai pengiring dalam adegan percabaan atau pertapaan. Tetapi hanya ada satu tokoh cantrik yang bernama Janaloka yang memiliki cerita khusus. Janaloka diceritakan dalam sebuah lakon "Pergiwa-Pergiwati".Â
Tokoh ini menggambarkan seorang yang memiliki keinginan, namun tidak melihat kekuatan yang dimilikinya dan merupakan penggambaran dari abdi yang tidak setia atau sering disebut dengan istilah pagar makan tanaman.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H