Mohon tunggu...
Mochamad Anas
Mochamad Anas Mohon Tunggu... Freelancer - Creator

Pejalan Perjalanan Diperjalankan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kenapa Harus Sedih? Aku Sudah Hancur dari Lama

25 September 2023   11:32 Diperbarui: 25 September 2023   11:34 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku ingin kamu tahu, mungkin aku memang sudah terbiasa, terbiasa hancur dan perlahan melebur.

Kenapa Harus Sedih? aku Sudah Hancur Dari Lama

Kenapa harus sedih?
Aku sudah hancur dari lama.
Di kegelapan hatiku,
pecahan-pecahan retak sudah lama menumpuk.
Lemahnya langkahku,
tersandung oleh luka-luka yang tak kunjung sembuh.

Aku berjalan di sepanjang hidup,
terpuruk dalam ketakutan dan keraguan.
Mimpi-mimpi yang pernah bersemayam,
mungkin sudah lama tenggelam.
Aku merasa hancur tak berhawa,
seperti batu yang terhempas dan tak bernyawa.

Tiap hari langit tampak kelabu,
tak ada sinar yang menyinari hatiku.
Terkurung dalam kerinduan dan kehampaan,
aku terjebak dalam kegelapan yang tak berkesudahan.
Aku sudah terluka,
tercabik-cabik,
tapi tak ada yang tahu.
Karena aku menyembunyikan rasa sakit
di balik senyuman palsu.

Aku telah kehilangan jejak,
merasa terasing dan terpisah dari dunia tempatku berpijak.
Terus berjalan dengan langkah berat,
aku membawa harapan yang masih semburat.
Aku memang sudah hancur dari lama,
tapi aku masih hidup dan bernyawa.

Aku mengumpulkan serpihan-serpihanku,
merekatkan hatiku yang retak,
dan membangun fondasi yang tak mudah koyak.
Meski aku sudah hancur dari lama,
tapi masih ada asa yang terus menyala.

Aku akan menemukan kekuatan di dalam kelemahan,
dan terus melangkah dengan tekad tak tergoyahkan.

Karena aku adalah aku,
bukan prasangka orang terhadapku.

Aku takkan menyerah pada kegelapan,
karena aku tahu di balik kehancuran,
pasti ada yang menunggu untuk dibangkitkan.

Terima kasih buat kamu sudah meluangkan waktumu yang berharga untuk membaca sedikit banyak dari tulisan saya. Tulisan ini juga ada versi audionya di kanal youtube jagadmanas, atau tonton video di bawah ini :

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun