Mohon tunggu...
Afif Ahmad
Afif Ahmad Mohon Tunggu... Teknisi - Pejantan

seorang pembelajar dan berusaha menjadi orang yang baik

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Cinta Sepanjang Waktu

20 Oktober 2015   11:03 Diperbarui: 20 Oktober 2015   11:18 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

 

“ Tulit... tulit... tulit....” berdering hape Nisa dan langsung saja diangkatnya. “Halo nis, aku udah di luar rumah kamu. Jadi gak sore ini.?” Tanya Dino lewat telepon. “Tunggu diluar” perintah Nisa pada Dino.

“Ckreeek...” bunyi pintu dibuka dan Nisa pun mempersilahkan masuk Dino. “ayo masuk, izin dulu ama orang tuaku. “ Ajak Nisa. “Huh, siapa takut.” Tegas Dino. Akhirnya, setelah bertemu berbicara panjang lebar dan juga meminta izin pada orang tua Nisa, merekapun di izin kan untuk jalan-jalan. “Inget waktu ya nak Dino.” Pesan Orang tua Nisa yang memang sudah akrab dengan Dino. “Siap bos.” Gurau Dino. “Yang sopan.” Ucap Nisa sambil mencubit perut Dino. “hehehe... saya pamit sebentaran ya bu, pak.” Ucap Dino sambil mencium tangan keduanya dan di ikuti oleh Nisa.

“eh, Dino, kamu mau ajak jalan aku kemana sih.?” Tanya Nisa sambil membuka percakapan. “Ada deh..” jawab Dino tidak berpanjang lebar. Dan, sepanjang perjalanan merekapun tak banyak bicara dan lebih banyak merasa kikuk.

Sesampainya di tempat yang dituju, perasaan Nisa pun terbayang lagi akan masa-masa itu. Masa dimana mereka bermain bersama, dan tentu saja tempat dimana Dino mengucapkan janjinya. Ya di bukit jagung yang telah siap panen, kini mereka duduk di situ sambil memandang para pengguna jalan. Hati nisa berdegup kencang, fikirannya menduga-duga, “apa Dino masih mengingatnya? Apa Dino mau mengatakannya lagi? Bukankah dia pria genit itu...” .

“Hei, nis, ada apa.? Jangan-jangan kamu benar-benar sakit?” tanya Dino. “Eh, enggak koq.” Jawab Nisa dengan gelagapan. “kamu tampak cantik Nis.” Ucap Dino kepada Nisa. “ Kamu inget gak dulu kita sering main di sini. Waktu kita kecil dulu. Hehehe.... ternyata, waktu mengubah kita ya. Kesibukan membawa kita lupa kalo kita pernah saling bermain dan bercanda. Hehehe... maaf yah, aku cerewet sekali hari ini. Biasanya, kamu yang paling cerewet.” Ucap Dino. Dan mereka pun saling mengobrol sampai waktu menjelang maghrib.

            Tak seperti awal datang, kini hati Nisa begitu kecewa. Ternyata Dino melupakan janji yang pernah dia ikrarkan. Nisa pun bangkit dan berkata “ Sudah mau maghrib. Aku mau pulang.”. “eh, Nis, tunggu Nis... jangan terburu buru.” Seru Dino. Tanpa mempedulikan kata-kata Dino, Nisa pun membelakangi  Dino sambil berjalan pulang.

“Oke baik, Dulu aku pernah berjanji padamu disini untuk menikahimu. Sekarang, aku akan mengatakannya lagi padamu. Maukah kamu menjadi pendampingku. Untuk sehidup dan semati.?” Ucap Dino kepada Nisa dengan cukup Keras. Langkah nisa pun berhenti pipinya mulai dialiri air. Dengan menahan menahan perasaan campur aduknya, nisa pun bertanya “ Apa kamu Serius.?”. “tentu saja aku serius.” Jawab Dino meyakinkan Nisa. “ tapi, kamu kan belom kerja.” Tanya Nisa. “ udah deh, jawab aja mau apa enggak. Kalo gak mau ya udah, kalo mau ayo.” Jawab Dino sedikit keki. “hehehe.....” senyum Nisa sembari menganggukkan kepalanya.

 

................................................... Beberapa Tahun Kemudian ....................................................

           

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun