Butuh sedikit mukjizat agar seseorang bisa ngegym. Saya mengerti betapa susahnya memutuskan untuk ujug-ujug ngegym. Banyak alasannya. Katakanlah, malas gerak, malas berkeringat, malas capek, takut turun berok, takut badan jadi tiba-tiba seperti Ade Rai, dan sebagainya. Dua alasan yang disebut terakhir tidak masuk akal sebenarnya.
Tapi apapun alasannya, menurut saya, faktor terbesar seseorang tidak ngengym adalah soal keharusan untuk merogoh kocek yang cukup dalam. Sependek yang saya tahu, biaya membership gym (sekitaran Bogor Kota/Kabupaten) per bulan berkisar antara dua ratus lima puluh ribu sampai empat ratus ribu rupiah. Sebuah nominal yang lumayan menguras bagi seseorang dengan dompet level kabupaten.
Persepsi itu kemudian berubah setelah saya menemukan hidden gem, yaitu Mile 68 Fitness, yang berlokasi di Watesjaya, Cigombong, Jawa Barat. Dengan biaya membership cuma seratus lima belas ribu rupiah, yang notabene lebih murah dari tagihan biaya internet saya tiap bulan, pada mulanya saya tentu tidak berharap banyak dengan fasilitas yang ditawarkan. Paling banter gym la Majapahit dengan mesin-alat jadul dari zaman Hayam Wuruk, begitu pikiran suudzon saya. Tapi ternyata tidak. Getting gym membership at Mile 68 Fitness is worth all the fucking of my money.

Mesin-alatnya terbilang lengkap. Smith machine bench press. Rowing machine. Lat pull down machine. Cable crossover machine (dengan beragam attachment: lat bar, straight bar, row, d-handle, tricep pressdown bar, tricep rope, sampai ankle cuff). Leg curl and leg extension machine. Leg press machine. Ab coaster machine. Treadmill. Bycycle machine. Deadlift bar. Pull-Up bar. Powerlifting & weightlifting belt. Dumbell dari satu kilogram sampai dua puluh kilogram. Plate dua setengah kilogram sampai dua puluh kilogram. Resistance band.
Untuk menjaga kesterilan, disediakan hand sanitizer dan semprotan desinfektan. Disediakan pula loker gratis untuk menyimpan serta menjaga barang bawaan.
Selain itu, kru-krunya asik, gaul, dan super ramah. Saking ramahnya saya merasa diperlakukan seperti seorang kawan lama yang telah berkawan minimal tiga puluh tahun lamanya di tempat perantauan. Pengelola gym tersebut, si Uwa sebutannya, bahkan dengan sabar dan senyum khasnya mengajari saya dari bagaimana menggunakan mesin-alat satu per satu, gerakan ini melatih otot itu, hingga kiat-kiat membangun badan spek prime David Laid secara cepat. Sesuatu yang kalau di tempat gym lain adalah UUD (ujung-ujungnya duit) alias saya harus membayar Personal Trainer untuk itu.
Hal-hal semacam ini, tentu menguntungkan saya secara ekonomis. Dengan kata lain, anggaran untuk membayar PT jadi bisa saya alokasikan untuk surplus protein dengan cara membeli enam kilogram telur ayam seminggu sekali di warung terdekat, dan pada saat yang sama, membantu menyejahterakan UMKM.

Saya percaya, kebugaran adalah perjalanan panjang yang penuh tantangan, tetapi dengan memilih tempat yang tepat, kita bisa menikmati setiap langkahnya. Meski pada akhirnya, saya justru curiga terhadap pemilik Mile 68 Fitness bahwa ia tidak mencari profit tapi menghadirkan kebugaran bagi masyarakat sekitar---bahwa tubuh yang fit adalah hak bagi setiap orang.