Ahmad Huzaini, seorang santri lulusan Pondok Pesantren Lirboyo, memiliki cerita hidup yang penuh inspirasi. Dikenal dengan panggilan unik "Gentong," Ahmad Huzaini tidak pernah menyangka bahwa jalan hidupnya akan membawa ke arah yang berbeda dari impian masa kecilnya. Nama panggilan itu berasal dari kakak kelasnya di pesantren, yang tubuhnya serupa dengan Ahmad, sehingga teman-temannya menjulukinya demikian. Meski bernama panggilan yang terkesan ringan, semangat dan kerja keras Ahmad tidaklah sepele.
Sejak di pesantren, Ahmad memang sudah menunjukkan bakat unik. Selain mendalami ilmu agama, ia dikenal mahir dalam memasak. Namun, impiannya tidaklah berhenti di dapur pesantren. Ahmad memiliki mimpi besar: menjadi seorang teknisi dan bekerja di Jepang, negara yang dikenal dengan teknologi canggih dan budaya kerja yang disiplin. Setelah menyelesaikan pendidikannya di Lirboyo, Ahmad melanjutkan studinya di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) dan mengambil jurusan teknik, langkah awal menuju impian besarnya.
Namun, hidup tidak selalu berjalan sesuai rencana. Di semester ketiga, Ahmad memutuskan untuk hidup mandiri. Ia ingin membiayai pendidikannya sendiri tanpa harus membebani orang tua. Untuk itu, ia rela bekerja keras. Dari menjadi pengantar galon, mencari barang bekas, hingga berjualan kecil-kecilan, Ahmad menjalani berbagai pekerjaan untuk menyambung hidup di Malang.
Di tengah perjalanan kuliahnya, tepatnya di semester tujuh, Ahmad memutuskan untuk mencoba berjualan di dunia kuliner. Ia memulai dengan menjual ceker pedas di depan ruko Indomaret perempatan Taman Merjosari. Meski sederhana, Ahmad selalu berusaha memberikan yang terbaik dan tidak pernah takut untuk mencoba hal-hal baru. Kesabaran dan kerja kerasnya mulai membuahkan hasil ketika ia memberanikan diri menjual menu baru, yakni steak dan beef dengan harga yang terjangkau namun porsi melimpah. Menu inilah yang kemudian membuat nama Ahmad Huzaini dikenal banyak orang.
Usaha kuliner yang diberinya nama "Bang Gentong," sesuai dengan panggilan masa pesantrennya, berkembang pesat. Keberhasilan Ahmad dalam dunia kuliner bukan hanya karena rasa makanan yang enak, tetapi juga karena semangat pantang menyerah dan kemampuannya dalam beradaptasi. Meski di tahun 2019 usahanya sempat terkena musibah kebakaran, Ahmad tidak menyerah. Ia memutuskan untuk membuka outlet baru di rumahnya di daerah Gasek, dan dari sana usahanya kembali bangkit.
Kisah Ahmad Huzaini adalah contoh nyata bahwa takdir kadang berbelok, dan hal itu tidak selalu buruk. Impiannya menjadi teknisi di Jepang mungkin belum terwujud, tetapi kesuksesannya di dunia kuliner membuktikan bahwa kerja keras, ketekunan, dan kemampuan untuk melihat peluang di tengah kesulitan bisa membuka pintu-pintu tak terduga menuju kesuksesan. Prinsip Ahmad yang tidak pernah lelah mencoba dan selalu belajar dari setiap kegagalan adalah pelajaran berharga bagi kita semua.
Ahmad Huzaini mengajarkan bahwa kadang, apa yang kita rencanakan bukanlah yang terbaik untuk kita. Dan ketika kita dihadapkan pada pilihan baru, tetaplah berusaha dengan sungguh-sungguh, karena mungkin di situlah jalan kesuksesan kita sebenarnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H