Mohon tunggu...
Arip Mochacinos
Arip Mochacinos Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Arip Hidayat (Not Arif). Saya bangga dengan sekarang karena sedang saya jalani. Saya bangga dengan kemarin karena saya menjalaninya dengan baik. Saya bangga dengan hari esok karena saya memikirkannya dengan baik. Meskipun begitu hanya Tuhan yang menentukan.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Harian Anak Kemarin Sore

27 November 2014   16:50 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:42 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ini sudah menjadi bagian hidup, sejak saat itu saya belum pernah merasakan cinta lagi yang benar-benar nyaman seperti dia. Ternyata dengan kedewasaan isi kepala dan hati saya, akhirnya saya menyadari. Saya yang terlalu naif padanya, saya yang tak bisa menuruti kemauannya, saya yang tak bisa mengerti perasaannya, saya yang tak bisa merasa dia bahagia, saya yang salah semuanya. Karena saya memang benar-benar merasa bersalah mulai dari hal yang terkecil sampai yang terbesar. Ucapan rasa sayang sayapun tak pernah terlontar secar langsung dari bibir saya, terkecuali hanya sebuah tulisan-tulisan yang saya ketik lewat pesan singkat. Mungkin itu hal terkecil yang harus ada dalam cinta.

Sudah kurang lebih 3 tahun tak pernah berhubungan lagi atau dengan nama lain pacaran, memang jiwa ini tak bisa di bohongi semuanya terasa sepi. Padahal tak sedikit wanita yang mendekati, tapi enatah kenapa memang perasaan tak bisa di paksakan. Sempat saya beribu-ribu kali merasa jatuh cinta, tapi benar-benar cinta itu susah. Karena saya pikir, jatuh cinta itu merasa cinta pada dua, tiga atau lebih orang pada waktu yang berbeda. Sedangkan cinta merupakan rasa sayang yang di berikan pada dua orang yang sama.

Biar…siapapun dia yang akan menjadi jodoh saya, saya harap dia yang soleha setinggi / serendah pendidikan apapun dia, dia yang dapat mengingatkan saya dalam kesalahan dan dia yang menjadi panutan bagi anak-anak saya. It’s you? Come to me!



Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun