Tuesday, 13th November 2014
“Happy birthday to you,
Happy birthday to you
Happy birthday to you”
Seperti tahun-tahun sebelumnya, tak ada perayaan khusus dari keluarga ataupun teman dengan surprise yang seperti orang lain lakukan kepada saya. Tak ada kue ulang tahun, tak ada lilin ataupun hadiah. Karena memang dalam lingkungan saya tak ada yang namanya perayaan ulang tahun. Alhamdulillah selalu saya ucapkan kepada Allah Tuhan yang maha baik, akhirnya saya bisa menikmati kembali usia-usia tak muda lagi, 20 tahun. Harapanpun masih sama seperti tahun-tahun sebelumnya, karena masih banyak yang belum terkabul. Tetapi untuk yang kali ini saya menambah harapan satu lagi, yaitu jangan Engkau cabut semua nikmat yang telah Engkau berikan selama 19 tahun kebelakang untuk yang ke 20, 21, 22 dan seterusnya.
Banyak sekali pelajaran hidup yang sudah saya alami, terutama ulang tahun kali ini sangatlah berbeda dari satu tahun sebelumnya. Kali ini saya benar-benar merasa kehilangan sahabat-sahabat terbaik ketika sekolah. Berbeda jauh dengan sekarang, ucapan ulang tahun hanya terlontar oleh teman satu shift kerjaan dan dari ruang informasi yang di umumkan dalam speaker. Sangat individualis. Rasa kangen saya mulai terobati ketika sahabat-sahabat saya yang masih mengingat ulang tahun saya, banyak yang mengirim ucapan doa baik lewat pesan singkat maupun lewat facebook. Mungkin pasti masa-masa satu tahun sebelumnya tidak akan terulang lagi. Tengs epribadeeeehhh, ay mis yu = Thanks everybody, I miss you
Pelajaran pertama yang saya dapat : Cinta… saya sangat terheran-heran dengan namanya cinta. Semua orang meng-agung-agungkannya. Hingga sayapun mengalami masa jatuh cinta. Mungkin bisa di bilang cinta saya hanyalah ‘cinta seekor monyet’, karena waktu itu masih berumur belasan tahun kelas 3 SMP. Sebelumnya memang saya tak mengerti, tapi lama-kelamaan memang mengikuti perjalanan waktu. Hingga akhirnya masuk SMK kelas 1, tak tahu kenapa saya masih ingat jelas bahwa rasa ingin menyampaikan yang sedang bergejolak dalam hati itu ada pada wanita itu. Hingga akhirnya, karena tak ada keberanian menyampaikan perasaan secara langsung, saya hanya menyampaikannya lewat pesan singkat / sms. ‘I’m sorry, I’m not gentlemen’. Dan diapun merespon dengan kata iya. Tak tahu kenapa perasaan senang tak berasa itu berkecambuk dalam diri saya. Mulai dari senyum-senyum sendiri sampai tidurpun dia selalu hadir menemani. ‘but I’m not crazy’.
Selang dua bulan kurang, perjalanan cinta saya bisa di bilang cukup mulus. Tetapi tak tahu kenapa, hubungan saya dengan dia mulai merasa terganggu. Hingga akhirnya dia memutuskan untuk saling sendiri dan berintrofeksi diri. Padahal ketika itu, rasa sayang saya memang benar-benar sedang muncul padanya. Kekecewaan saya tak bisa di bendung, dengan keegoisan saya yang amat terlalu, saya selalu bertanya kenapa? Kenapa? Saya salah apa sama kamu?.